Kenali Aneka Pangan Fungsional | OTC Digest

Kenali Aneka Pangan Fungsional

Jepang adalah negara yang telah menetapkan standarisasi produk pangan fungsional. Salah satunya, dengan membuat regulasi FOSHU (Food for Specialized Health Uses). Hingga tahun 2011, ada 955 produk FOSHU dengan 7 kategori: untuk kesehatan saluran cerna, kolesterol, lemak darah (trigliserida), tekanan darah, gula darah, tulang, dan gigi. Bentuknya beraneka ragam: makanan ringan, minuman, susu, susu fermentasi / yogurt, margarin, hingga permen.

Sebenarnya, cukup banyak pangan fungsional yang tersedia di Indonesia, meski tidak diberi label FOSHU atau sejenisnya. Bisa berupa pangan (makanan / minuman), atau bahan pangan (ingredient). Berikut adalah beberapa contoh yang telah diakui di Jepang dan negara lain sebagai pangan fungsional.

Namun, tentu, kita tak bisa semata mengandalkan pangan fungsional untuk menjadi sehat. “Kalau masih merokok dan gaya hidup tidak sehat, percuma,”  ujar Prof. Purwiyatno Hariyadi, Ph.D, Direktur SEAFAST (Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology) Center.

Probiotik dan prebiotik

Probiotik merupakan bakteri baik, umumnya jenis lactic acid bacteria. “Probiotik turut berperan melancarkan penyerapan zat gizi, melancarkan buang air besar (BAB), dan jenis bakteri tertentu meningkatkan imunitas tubuh,” ujar Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia.

Probiotik umumnya dijumpai dalam bentuk susu fermentasi (yogurt). Sebaiknya, pilih susu fermentasi / yogurt yang jumlah dan jenis bakterinya jelas serta diperkuat dengan riset dan studi ilmiah.

Ada pun prebiotik adalah makanan bagi bakteri probiotik, umumnya berupa serat (misalnya oligosakarida). Serat juga membantu proses pencernaan sehingga melancarkan BAB. Sumber serat tertentu seperti oat, terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol.

 Plant Stanol Ester (PSE)

Tingginya kadar kolesterol ‘jahat’ LDL akan menciptakan ‘kerak’ (aterosklerosis) di pembuluh darah, sehingga membuatnya kaku dan menyempit. Selanjutnya, bisa terjadi penyakit jantung koroner dan serangan jantung.

Selain diproduksi oleh hati, kolesterol berasal dari makanan. Sumber kolesterol yang diserap usus halus akan ditangkap oleh partikel micelle, lalu diserap oleh enterocyte dan dibawa ke hati untuk disintesis. Selanjutnya kolesterol dibawa  oleh lipoprotein dan beredar di aliran darah.

Plant stanol ester (PSE) dapat membantu menurunkan kolesterol. Ia bekerja dengan dua cara. Pertama, mengisi tempat kolesterol di micelle sehingga kolesterol “betulan” terbuang. Ini bisa dilakukan karena struktur kimia PSE mirip kolesterol.

Setelah kolesterol yang terikat dalam micelle diserap, “PSE mengaktifkan protein khusus untuk membuang sebagian kolesterol yang telah terserap, sehingga kolesterol yang masuk ke tubuh makin sedikit,” tutur Prof. Helena Kristina Gylling, MD, Ph.D, peneliti dari Universitas Helsinki, Finlandia. “Bila mengonsumsi PSE, kolesterol yang diserap hanya 20%.”

Baca juga : Mengenal Pangan Fungsional dan Fungsinya

Semua tumbuhan mengandung plant stanol dalam jumlah sangat kecil, sehingga tidak mungkin kita mendapatkan manfaatnya dari konsumsi buah/sayur sehari-hari. Diciptakanlah plant stanol ester (PSE), yang kandungannya setara dengan plant stanol pada 500 kg buah kiwi.

Penelitian Prof. Helena (2010) menunjukkan efektivitas PSE dalam dosis tinggi (8,8 gr). Dari 49 orang, 24 orang dipilih secara acak untuk mendapat minuman tanpa PSE, dan 25 orang mendapat minuman dengan 8,8 gr PSE, selama 10 minggu.

“Hasilnya, kolesterol total turun 12,8% dan LDL turun 17,3%,” terang Prof. Helena. Sementara pada kelompok kontrol, kolesterol total hanya turun 0,8% dan LDL 0,2%. Penurunan 1 mg/dl kolesterol dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner hingga 1%.

PSE telah dipasarkan di 30 negara, dalam berbagai bentuk pangan (yogurt, margarin, minuman ringan, dll).

Xylitol

Xylitol adalah gula alami yang terdapat pada berbagai buah, sayur dan tanaman lain misalnya kayu pohon Birch. Berbeda dengan gula pasir yang bisa merusak gigi, xylitol justru baik untuk kesehatan gigi.

Bakteri di mulut menggunakan gula dan karbohidrat sebagai energi lalu memfermetasinya; ini yang membuat kondisi mulut menjadi asam dan merusak lapisan email gigi. Saat bakteri tersebut menyerap xylitol, mereka tidak bisa memetabolismenya; lama kelamaan mereka akan kehabisan energi dan akhirnya mati.

Populasi bakteri di mulut jadi terkendali, sehingga gigi berlubang bisa dicegah. Xylitol juga membantu menaikkan pH (mengurangi keasaman) mulut. Zat gula ini biasa ditambahkan dalam permen karet. Ini akan meningkatkan manfaatnya karena merangsang produksi saliva (air liur), yang membantu membersihkan gigi dan ‘menyapu’ bakteri.

Madu dan produk lebah

Madu dan produk perlebahan lain (propolis, bee pollen dan royal jelly) sering dianggap sebagai makanan “super”. Bisakah disebut sebagai pangan fungsional?

“Ada potensi ke arah sana, terutama propolis,” terang Prof. Purwiyatno. Produk perlebahan bisa berperan sebagai pangan mau pun bahan pangan (ingredient) yang ditambahkan ke makanan / minuman. Namun lagi-lagi, tentu saja jumlahnya harus terukur dan cukup agar manfaatnya terasa.

Banyak studi yang menunjukkan khasiat produk lebah; antara lain sebagai antibakteri, antiradang, antitumor dan antioksidan. Namun belum ada negara yang memberikan label pangan fungsional pada madu dan produk lebah lainnya. Bisa jadi karena produk lebah memiliki karakteristik berbeda (kandungan mau pun jumlah tiap zat aktifnya), tergantung di mana produk lebah itu dihasilkan. (nid)