Ingat cerita si pelaut Popeye? Setelah menyantap sekaleng bayam ia menjadi sangat kuat. Dengan sekali pukul, ia dapat mengalahkan Brutus yang kerap berusaha menculik Olive, istrinya. Film kartun legendaris ini sedikit banyak menunjukkan, makanan dapat menjaga kesehatan dan meningkatkan kekuatan.
Ada yang disebut pangan (makanan/minuman) fungsional. “Yaitu pangan yang peran nutrisinya melebihi peran atauf ungsi normal,” terang Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia dan Guru Besar Tetap Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB).
Secara tradisional, fungsi pangan yakni memberikan zat gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Pada prinsipnya, semua pangan memiliki fungsi ini. Pangan fungsional mampu memberikan lebih dari itu.
“Manfaatnya harus bermakna, dan bentuknya harus makanan / minuman, bukan kapsul atau pil,” terang Prof. Purwiyatno Hariyadi, Ph.D, Direktur SEAFAST (Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology) Center, yang juga mengajar di IPB.
Menurutnya ada syarat yang harus dipenuhi untuk bisa disebut sebagai pangan fungsional. Pangan, bahan pangan atau komponen tersebut harus mengandung zat fungsional dalam jumlah tertentu, sehingga manfaatnya bermakna.
Perlu didukung penelitian ilmiah, yang membuktikan manfaatnya secara bermakna. Contohnya jeruk, yang kita kenal sebagai sumber vitamin C. Jeruk tidak lantas disebut sebagai pangan fungsional. “Harus dilihat, untuk mendapatkan manfaat antioksidan dari jeruk, berapa banyak yang harus dimakan?” ujar Prof. Purwiyatno.
Contohlain, teh yang kaya polifenol. Minuman ini berpotensi menjadi pangan fungsional. Namun untuk mendapatkan cukup polifenol, mungkin kita harus minum sekian liter teh sehari. “Maka, bisa diformulasikan dengan mengekstrak komponen yang dianggap sebagai komponen fungsional. Lalu, ditambahkan ke dalam teh, sehingga cukup minum satu gelas, misalnya,” papar Prof. Purwiyatno.
Jepang adalah negara yang memiliki aturan paling kompleks dan detail, mengenai pangan fungsional. Di Negeri Sakura tersebut, pangan yang memenuhi syarat sebagai pangan fungsional dapat mencantumkan label FOSHU (Foods for Specified Health Uses). Pangan FOSHU memiliki fungsi spesifik, lebih dari sekadar pangan yang difortifikasi vitamin / mineral.
Bagaimana di Indonesia? “Ada regulasi yang mengatur, namun lebih ke arah klaim. Labelnya belum ada,” terang Prof. Purwiyatno. Misalnya, susu yang mengandung kalsium tinggi; perusahaan yang memroduksinya boleh mengklaim bahwa susu tersebut bisa membantu memperkuat tulang bila memang kandungan kalsiumnya terbukti tinggi, dan didukung bukti ilmiah mengenai khasiatnya.
MenurutProf. Hardinsyah, pangan fungsional dapat berperan sebagai preventive oral medicine. “Dengan fungsi plus, pangan fungsional melengkapi pangan dengan fungsi tradisional sehingga tercipta kesehatan yang optimal,” tuturnya. Bilasakit, perawatan dengan obat-obatan tetap diperlukan. (nid)
Bersambung ke: Kenali Aneka Pangan Fungsional