Botol minum atau tumbler tampak bersih, dan dicuci setiap hari? Ternyata, belum tentu bebas kuman. Sebuah penelitian di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, membandingkan kebersihan botol minum mahasiswa dengan dudukan toilet.
Dilakukan uji swab pada satu inchi bagian dalam botol minum, dan satu inchi pada dudukan toilet, lalu bakteri dari kedua benda tersebut ditumbuhkan. “Ternyata, jumlah bakteri di botol lebih banyak daripada yang ada di toilet seat,” ujar dr. Yulia Rosa Saharman, Sp.MK, spesialis mikrobiologi klinik dari FK UI, Jakarta. Rerata jumlah bakteri pada dudukan toilet yakni 2,4 CFU/inchi2, sedangkan pada botol minum jauh lebih banyak: 119 CFU/inchi2.
Bakteri maupun mikroba lain seperti virus dan parasit, bisa tumbuh pada permukaan dalam, pinggiran botol, hingga tutupnya. Materi botol juga tidak berpengaruh. Bakteri bisa menempel dan tumbuh pada botol plastik, kaca, maupun logam (stainless steel). “Apalagi kalau isinya selain air. Misalnya teh, kopi, soda, atau jus,” ujar dr. Yulia, saat dijumpai dalam peluncuran Scotch-Brite™ Bottle Cleaner di Modena Experience Center, Jakarta, Kamis (28/11/2018). Kuman bisa mencapai 5,5x105CFU/ml, sedangkan pada air ‘hanya’ 7,07x103 CFU/ml.
Ditegaskan dr. Yulia, satu-satunya cara mencegah botol minum/tumbler menjadi sarang kuman adalah mencucinya setiap hari, dengan cara yang benar. Biasanya, kita mencuci botol dengan menuangkan air panas ke dalamnya, lalu botol dikocok-kocok. Cara ini juga dilakukan oleh Shireen Sungkar, artis dan influencer mom. Namun ternyata, hal ini kurang tepat. Menurut dr. Yulia, botol tetap harus dicuci menggunakan spons atau sabut pencuci piring.
Sebagian orang menggunakan sikat atau spons bergagang panjang untuk membersihkan dasar botol hingga sudut-sudutnya. Sayangnya, hal ini pun tidak efektif. Spons biasa tidak memiliki daya gosok untuk mengangkat kotoran. Sikat botol pun demikian. Selain itu, sikat bisa menggores permukaan dalam botol, yang justru bisa menjadi tempat persembunyian bakteri dan kotoran. Yang ada, lebih banyak lagi kuman yang bersarang dalam botol minum kita.
Pembersih botol yang diluncurkan oleh Scotch-Brite menggunakan sabut khusus berwarna pink. “Sabut ini memiliki daya gosok atau scrubbing power, tapi tidak menggores,” terang Salome Indra Cahya (Oline), Business Manager Home Care Division PT 3M Indonesia. Sabut juga efektif mengangkat bekas noda (stain) kopi/teh, tanpa menggores dinding botol. Bentuk sabut yang berlekuk bisa menjangkau bagian bawah leher botol, dan ujungnya yang lancip bisa menjangkau sudut dasar botol. Bila sabut sudah rusak, bisa diganti.
Di bawah sabut terdapat lapisan spons antibakteri. Penelitian di lab membuktikan, bakteri sulit berkembang biak pada spons jenis ini dibandingkan spons biasa.
Goresan pada botol termasuk masalah yang kerap mengganggu Shireen Sungkar. Ia perhatikan, setelah beberapa waktu, botol berubah warna (buram) dan ada goresan. “Awalnya aku berpikir merk botolnya yang salah. Ternyata cara mencucinya yang kurang tepat,” ujar ibu tiga anak ini.
Setelah mengetahui bahwa goresan pada botol bisa menjadi sarang kuman, Shireen makin berhati-hati lagi dalam memilih pembersih botol. Baginya, penting memilih pemebrsih yang memiliki daya gosok kuat dan anti bakteri, tapi tidak menimbulkan goresan. “Terutama untuk membersihkan botol anak, karena saluran cerna anak-anak sangat sensitif. Mereka gampang sekali mual, muntah, atau diare,” lanjutnya.
Jangan lupa, pembersih botol pun harus dirawat dengan baik. “Sehabis dipakai, harus dikeringkan dan digantung, karena bakteri senang sekali tumbuh di media yang basah,” papar dr. Yulia. Botol juga harus dikeringkan sehabis dicuci, baru kemudian digunakan lagi. (nid)