Masalah gigi dan mulut zaman dulu dan sekarang ternyata tak jauh berbeda. Sejak dulu, gigi berlubang (karies) merupakan menjadi salah satu masalah yang paling banyak terjadi. Namun dibandingkan orang zaman dulu, masyarakat modern lebih berisiko mengalami gigi berlubang.
“Gigi berlubang biasanya karena pola makan. Di kota besar, banyak makanan olahan, karbohidrat, juga minuman manis dan berkarbonasi,” ungkap drg. Bambang Nursasongko, Sp.KG dari FKG UI. Ini bisa terlihat dari tingginya angka karies di perkotaan dibandingkan di desa.
Dijelaskan oleh drg. Bambang, pola makan masyarakat desa secara umum banyak serat, dan tidak banyak makanan olahan. “Sehingga, tidak banyak karbohidrat yang difermentasi oleh bakteri. Namun, pola makan masyarakat kota pun mulai menjalar ke daerah,” jelasnya, saat dijumpai dalam diskusi media yang diselenggarakan Sasha Halal Toothpaste di Jakarta. Tak ayal, angka karies gigi di pedesaan mulai meningkat.
Terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 faktor: gigi, bakteri, makanan (substrat), dan waktu. “Kalau gigi hanya ketemu bakteri, tidak akan berlubang. Begitu ada sisa makanan, itu akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam,” papar drg. Bambang. Ini tidak terjadi dalam waktu singkat. Perlu waktu sekitar 3 jam hingga terbentuk asam, yang bisa menyebabkan lubang pada gigi.
Selain keempat faktor tersebut, ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap terbentuknya karies, yakni saliva (air liur). “Setelah makan, suasana mulut menjadi asam. Saliva memberi efek menetralkan,” terang drg. Bambang. Air liur juga mengandung flour, yang akan meremineralisasi gigi.
Satu-satunya cara mencegah karies yakni dengan menjaga kebersihan mulut. Sayangnya, perubahan pola makan tidak selalu diikuti dengan perbaikan kebiasaan. Sesungguhnya, kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut telah ada sejak zaman dulu. Misalnya dengan siwak, yang mulai digunakan sejak sekitar 3.500 SM di daerah Timur Tengah. Sirih, jeruk nipis, dan abu gosok, termasuk bahan lain yang dulu jamak digunakan. Sekarang, menjaga kebersihan gigi dan mulut jauh lebih praktis, dengan diciptakannya sikat gigi dan pasta gigi.
Maka, tak ada alasan untuk abai menjaga kesehatan gigi dan mulut. Apalagi dengan maraknya tren hijrah belakangan ini. Hijrah dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menuju ke arah yang lebih baik. Termasuk lebih baik lagi menjaga kebersihan mulut.
Ini sesuai dengan ajaran Rasulullah, meminta umatnya membersihkan gigi. Kala itu, Rasul mencontohkan dengan penggunaan siwak, yang berasal dari tanaman Salvadora persica. Selain siwak, banyak tanaman lain yang digunakan sebagai pembersih gigi. “Hanya siwak yang sampai saat ini masih digunakan karena menjadi bagian dari agama tertentu (Islam),” terang DR. Siti Sadiah, Msi, Apt, Dosen Divisi Fisiologi, Dept. Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, dan Peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB.
Ranting siwak (tanaman) dipotong sepanjang +20 cm. Salah satu ujungnya digigit-gigit, hingga terurai seperti sikat. Begitulah cara siwak membersihkan gigi secara mekanik. Berbagai zat aktif dalam siwak juga turut menjaga kesehatan gigi. Antara lain fluoride, vitamin C, antimikroba (benzyl isotiosianat), sulfur yang bisa mencegah radang gusi, dan tanin. “Tanin menimbulkan kesat pada gigi,” ujar DR. Diah. Rasa kesat pada gigi adalah salah satu tanda, gigi sudah bersih.
Manfaat siwak telah diteliti dan dibuktikan dalam +8.000 penelitian ilmiah di berbagai negara. “Tidak heran, siwak telah disetujui oleh WHO sebagai agen oral hygene,” lanjut DR. Diah.
Membersihkan gigi dengan siwak di zaman sekarang, terasa merepotkan. Apalagi siwak bukan berasal dari Indonesia, sehingga cukup sulit mendapatkannya. “Sasha Halal Toothpaste menghadirkan pasta gigi halal pertama dengan siwak asli, yang mampu membersihkan gigi secara maksimal sekaligus membunuh bakteri penyebab gigi berlubang serta nafas tak segar,” jelas Danti Nastiti, Brand Manager Sasha Halal Toothpaste, yang diproduksi PT Kino Indonesia, Tbk.
Danti juga menjelaskan bahwa Sasha Halal Toothpaste menggunakan siwak asli yang diserpihkan, bukan ekstrak. “Sasha Halal Toothpaste mengandung bahan alami yang juga dianjurkan Syaria, serta tidak mengandung alkohol dan bahan lainnya yang berasal dari hewan. Sehingga Sasha halal dalam bahan maupun proses pembuatannya,” ujar Danti.
Mengusung kampanye #WaktunyaHijrah, “Kami mengajak masyarakat untuk hijrah untuk menjadi lebih baik, termasuk dalam pemilihan produk yang dikonsumi atau digunakan.” (nid)