Sindrom mata kering (dry eyes) dikenal juga dengan keratoconjunctivitis sicca. Menyebabkan mata menjadi kering, merah, bengkak dan disertai iritasi. Penderita juga merasakan mata seperti kemasukan pasir, perih, buram, gatal, berair atau silau (sensitif pada cahaya).
Secara anatomis, lapisan air mata yang meliputi kornea dan konjungtiva (lapisan tipis yang melindungi area putih mata/sklera) terdiri dari 3 lapis. Dari dalam ke luar meliputi: lapisan mucin yang menempel ke kornea (diproduksi oleh sel-sel goblet), aqueous (diproduksi oleh kelenjar lacrimal) dan lapisan lemak (diproduksi kelenjar meibomian di kelopak mata) yang mencegah penguapan.
Menurut dr. Cicilia Hendarmin SpM, dari RS Gading Pluit, Jakarta, ketiga lapisan tersebut harus diproduksi secara bersamaan untuk membentuk lapisan air mata yang cukup. Pada sindrom mata kering terjadi kekurangan aqueous atau karena penguapan air mata yang lebih cepat, akibat berkurangnya lapisan lemak.
Kekurangan cairan aqueous bisa disebabkan oleh sindroma Sjogren (penyakit autoimun) yang membuat gejala mata kering lebih parah; kadang disertai juga gejala mulut kering dan masalah gigi. Atau efek samping obat-obatan, seperti obat hipertensi dan antidepresi.
Sementara penguapan air mata paling sering disebabkan gangguan fungsi kelenjar meibomian, reaksi alergi atau penggunaan lensa kontak.
Faktor lingkunganpun berperan menyebabkan penguapan air mata. Hal-hal tersebut seperti berada di ruangan ber-AC atau menatap layar komputer yang terlalu lama, asap rokok, paparan sinar matahari, debu, bahkan hembusan angin bisa memicu kondisi mata kering.
“Ketika kita melihat sesuatu yang menarik (di layar komputer) refleks berkedip akan berkurang. Padahal saat kita berkedip, kelenjar air mata akan memompa keluar,” terang dr. Cicilia, pada seminar ilmiah Management of Endocrine Disorder and Tumors, di Jakarta (10/11/2018).
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan sindrom mata kering antara lain penyakit graves yang menyebabkan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna saat terpejam, rheumatoid arthritis (radang sendi), diabetes tipe 2, dan blepharitis di mana terjadi peradangan di kelopak mata.
“Operasi lasik dan operasi katarak juga menyebabkan mata kering. Operasi lasik bisa menyebabkan kerusakan saraf-saraf sensoris sehingga menyebabkan penurunan produksi air mata,” terang dr. Cicilia.
Jika mata kering dibiarkan berisiko menyebabkan infeksi kornea (keratitis), luka, bahkan kebutaan; karena kornea yang sudah rusak tidak bisa diganti.
Air mata buatan
Pemeriksaan salah satunya menggunakan tes Schirmer, di mana sebuah kertas khusus dimasukkan di sela kelopak mata bawah selama 5 menit. Air mata yang keluar akan diserap oleh kertas.
Panjang bekas air mata pada kertas Schirmer menandakan sedikit atau normal jumlah air mata. Normalnya sekitar 10 mm, sementara pada penderita mata kering bekas air mata < 10 mm.
Pengobatannya sebenarnya gampang dan murah, menggunakan air mata buatan yang berisi sodium hyaluronate. “Air mata buatan bisa dipakai setiap hari, bahkan 4x sehari atau tiap jampun tidak ada efek sampingnya, aman.” Pungkas dr. Cicilia. (jie)