Indonesia memiliki angka kebutaan yang tinggi di Asia Tenggara, sebagian besar kebutaan disebabkan oleh katarak. Deteksi dini katarak efektif mencegah kebutaan karena katarak.
Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan di 15 provinsi di Indonesia (2014-2016) didapatkan prevalensi kebutaan untuk usia 50 tahun ke atas 3% atau sekitar 6 juta orang.
“Dari jumlah tersebut 81% kebutaan disebabkan oleh katarak. Di negara tropis seperti Indonesia katarak sulit untuk dihindari karena tingginya paparan sinar UV (ultraviolet), tapi kebutaan yang disebabkan oleh katarak bisa dicegah,” ujar dr. Aldiana Halim, SpM(K), Wakil Ketua Komite Mata Nasional (KOMATNAS) dalam acara peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2018, di Jakarta (2/10/2018).
Penyebab lain karena kelainan segmen posterior non RD (5,8%), kekeruhan kornea non trachoma (2,8%), kelainan bola mata (2,7%), glaucoma (2,5%) dan kelainanrefraksi (1,3%).
Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI (2016) mencatat, 90,7% kasus kebutaan bisa dicegah dan ditangani.“Untuk katarak satu-satunya tindakan yang bisa menolong / mencegah kebutaan adalah operasi,” papar dr. M. Sidik, SpM, Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI).
Namun di masyarakat terdapat hambatan untuk melakukan operasi katarak. Salah satunya karena ketidaktahuan bahwa katarak dapat dioperasi (28,6%). Selain itu akibat masalah biaya (23,8%) dan takut melakukan operasi (17%).
Deteksi dini
Katarak merupakan kekeruhan di lensa mata, sehingga menyebabkan turunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan.
Katarak biasanya diderita oleh mereka >40 tahun. Selain akibat paparan sinar UV, juga akibat proses degeneratif (penuaan). Risiko katarak berlipat pada mereka yang menderita diabetes mellitus, glaucoma, memakai tetes mata steroid secara rutin dan perokok.
Gejala khas katarak adalah seperti melihat dari balik air terjun atau kabut putih, penglihatan ganda, sensitif pada cahaya dan penglihatan semakin kabur, walau sudah berganti-ganti ukuran kacamata.
Kabar gembiranya adalah deteksi dini katarak saat ini sudah bisa dilakukan di Puskesmas atau oleh kader Pos PembinaanTerpadu (Posbindu).
Deteksi katarak dilakukan dengan teknik sederhana, yakni Metode Hitung Jari (dilakukan oleh kader Posbindu). Caranya :
1. Pemeriksa berdiri enam (6) meter di depan klien di ruang terbuka yang mempunyai pencahayaan terang.
2. Pemeriksaan dimulai dari mata kanan; mata kiri ditutup dengan penutup mata / telapak tangan tanpa penekanan.
3. Pemeriksa mengacungkan jari setinggi posisi mata klien atau di depan dada, untuk menghitung/ menunjukkan jumlah jari (1-5) secara acak.
4. Jika klien salah menghitung jari pemeriksa minimal 2 kali dari 5 kali pemeriksaan, berarti klien mengalami gangguan penglihatan. Segera periksakan ke dokter mata.
5. Lakukan langkah-langkah No. 1-4 untuk mata sebelah kiri. (jie)