Sambiloto. Inilah salah satu tanaman obat yang cukup dikenal dan banyak digunakan di obat. Tanaman yang memiliki nama latin Andrographis paniculata ini terukir dalam relief di Candi Borobudur dan disebut dalam Kitab Serat Rama dalam bahasa Jawa Kawi sekitar abad 18. Disebutkan, sambiloto digunakan untuk mengobati prajurit Hanoman yang terluka ketika perang melawan Rahwana.
Sambiloto merupakan tanaman semak yang menurut literatur, memiliki sejuta manfaat; salah satunya untuk mengobati diabetes mellitus (kencing manis). Menurut dr. J Sidhajatra yang mendalami pengobatan herbal, sambiloto merupakan herbal yang mempunyai efek anti-infeksi / anti radang, paling baik di antara tanaman obat lainnya.
FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) meneliti untuk melihat efek sambiloto terhadap diabetes. Kepada tikus/mencit diberikan aloksan, untuk merusak sel-sel β-pulau Langerhans (sel penghasil insulin), sehingga tikus menjadi diabetes. Diketahui, ekstrak etanol dari sambiloto secara bermakna dapat menurunkan glukosa darah mencit yang diinduksi dengan aloksan.
Artinya, ekstrak sambiloto merangsang pelepasan insulin pada sel yang tidak rusak sempurna. Juga, terjadi perbaikan sel β-pulau Langerhans.
Sambiloto dapat mencegah penyerapan glukosa dari usus, bila dikonsumsi sesaat sebelum makan. Sambiloto juga dapat mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme, atau memasukkannya ke dalam deposit lemak.
Dr. Sidhajatra mengingatkan, penggunaan sambiloto untuk meredakan kencing manis, harus disertai dengan diet rendah karbohidrat dan gula. “Kalau cuma rajin mengonsumsi sambiloto tapi makan tetap seenaknya, berbahaya,” katanya.
Diabetes, khususnya tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup, pada tahap awal ditandai dengan insensifitas hormon insulin. Hormon ini bekerja untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan penyerapan gula pada sirkulasi darah. Jika sudah parah, pankreas tidak lagi mampu menghasilkan insulin, sehingga tubuh memerlukan pengganti insulin dari luar.
Itu sebabnya, kita perlu mengatur pola makan. Dimulai dari memilih sumber karbohidrat kompleks, seperti beras merah, gandum atau kentang. Penyerapan gula pada karbohidrat kompleks lebih lama, sehingga kadar gula darah lebih stabil. Perbanyak makan sayur dan buah seperti apel, kacang-kacangan atau brokoli.
Pedoman umum gizi seimbang pada diabetesi tanpa penyakit pemberat adalah makronutrien, berupa kerbohidrat dengan porsi 60-70 persen dari total energi, protein 10-15 persen dari total energi dan lemak 10-25 persen dari total energi. Kebutuhan akan lupa mikronutrien (vitamin dan mineral) juga harus tercukupi.
Yang tak kalah penting dalam menjaga kestabilan gula darah adalah olahraga, dan mengonsumsi obat antidiabetes secara rutin. Bisa mengonsumsi sambiloto, sebagai suplemen pembantu penurun gula darah. (jie)