Dalam tayangan telivisi kita kerap melihat seorang artis tidak bisa menahan pipis mendengar lawakan dua orang sahabatnya. Semakin ia berusaha keras menahan pipis, semakin gencar lawakan dilakukan oleh kedua rekannya. Dari sisi medis hal tersebut disebut inkontinensia urin.
Disebut ngompol atau inkontinensia urin jika air seni keluar tanpa dikendalikan; bisa bersifat sementara atau menetap. Lebih sering terjadi pada wanita dibading pria (2 : 1). International Continence Society tahun 2013 menyebutkan sebanyak 109 juta pria dan 275 juta wanita mengalami inkontinensia urin.
“Inkontinensia tipe stres adalah yang paling sering terjadi,” papar Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K), MPH., dari rumah sakit ibu & anak YPK Mandiri, Jakarta. Ditandai dengan air kencing keluar saat batuk, bersin, tertawa atau olahraga.
Jenis lain disebut tipe urge, ditunjukkan dengan adanya rasa ingin kencing yang mendesak, namun tidak mampu menahan pipis. Dan tipe campuran, antara stres dan urge.
Penyebabnya berhubungan dengan gangguan otot dasar panggul. Sebagian besar disebabkan karena proses hamil dan melahirkan. Satu dari tiga perempuan hamil akan mengalami inkontinensia urin tipe stres. Bisa juga karena obesitas, riwayat operasi panggul, batuk lama akibat tuberkulisis, cedera saraf dan perokok berat.
Baca juga : Atasi Ngompol Pada Wanita
“Ibu hamil yang mengalami inkotinensia urin, sekitar 80-90% dalam tiga bulan akan pulih kembali, 10-20% akan menetap,” papar staf pengajar di Depertemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM ini.
Inkontinensia urin biasanya terjadi kehamilan trimester ke 2-3. Perubahan bentuk tubuh membuat beberapa otot panggul lepas/putus; mempengaruhi kemampuan menahan pipis. Penelitian yang dilakukan oleh dr. Budi menyatakan, sekitar 2,5-7,5% wanita hamil mengalami lepas otot dasar panggul. Meningkat menjadi 17 % akibat proses melahirkan normal.
“Jika usia ibu hamil >35 tahun maka kemungkinan lepas sampai 27%. Sehingga dianjurkan melahirkan caesar,” tambahnya.
Terdapat 3 variabel penyebab inkontinensia urin pada ibu hamil. Pertama, berat bayi lebih dari 3200 gram. Kedua, dilakukan prosedur episiotomi, atau pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus, untuk melebarkan jalan lahir. Ketiga, jika ibu mengejan lebih dari 60 menit; 72% otot dasar panggul lepas.
Senam kegel dan terapi laser
Kabar baiknya inkontinensia urin dapat cegah atau diterapi tanpa prosedur bedah. Yakni dengan melakukan senam kegel untuk menguatkan otot dasar panggul; setelah sebelumnya dilakukan tes urodinamik.
Senam kegel disaranakan mulai dilakukan sejak trimester 2 atau 3 kehamilan. Caranya dengan mengontraksikan otot dasar panggul seperti saat menahan kencing / kentut selama ±20 hitungan. Sebagai evaluasi kekuatan kontraksi diukur menggunakan alat perineometer. Senam kegel akan menampakkan hasil jika dilakukan secara kontinyu dan benar, dalam waktu 6 bulan.
“Atau memakai terapi laser. Ini adalah salah satu bagian dari terapi peremajaan vagina (vaginal rejuvenation). Laser akan menstimulasi otot-otot dasar panggul yang masih utuh, membuatnya lebih dominan, menggantikan peran otot yang sudah putus. Dilakukan 3 kali dengan selang 1 bulan, lamanya maksimal 10 menit. 80-90% pulih kembali,” papar dr. Budi.
Terapi laser merupakan bagian dari terapi peremajaan vagina (vaginal rejuvenation); dilakukan 6 minggu setelah melahirkan. Selain untuk mengatasi inkontinensia urin, bisa pula dipakai sebagai terapi memutihkan area labia (bibir) vagina. (jie)