Kecukupan asupan vitamin neurotropik dapat mencegah kerusakan saraf tepi atau neuropati. Apa akibat kekurangan vitamin neurotropik dan bagaimana mengatasinya?
Vitamin neurotropik adalah golongan vitamin yang khusus memberi nutrisi pada sistem saraf, yakni vitamin B. Ia termasuk ke dalam vitamin yang larut air.
“Secara khusus yang berperan bagi sistem saraf adalah vitamin B1, B6 dan B12,” papar Prof. Dr. Rima Obeid, dari Department of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, Saarland University Hospital, Jerman. “B12 dan B6 saling membutuhkan agar sel saraf bisa berfungsi optimal.”
Ia menjabarkan, vitamin B12 diperlukan dalam pembentukan DNA yang mana defisiensi vitamin ini bisa menyebabkan anemia. Vitamin B12 berperan dalam proses pembakaran energi dalam mitokondria atau “dapur” pengolah energi di dalam sel. Ia diperlukan pula dalam produksi hormon.
“Defesiensi B12 menyebabkan gangguan produksi lemak, di mana selubung sel saraf terbuat dari lemak. Ini akan mempengaruhi komunikasi antarsel saraf. Kekurangan vitamin B juga mengakibatkan depresi, demensia, gangguan mood dan neuropati,” paparnya dalam pemaparan hasil Studi Klinis NENOIN 2018, di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (16/3/2018) lalu.
Sementara itu vitamin B6 berfungsi sebagai sebagai faktor pendukung sistesa asam amino di sistem saraf, dan dalam penghantaran pesan antarsel saraf. Ia juga sebagai antiperadangan. Vitamin B1 berperan penting dalam pembentukkan sistem saraf; sebagai sumber energi sel saraf.
Defesiensi vitamin B
Kekurangan vitamin B mungkin terjadi pada mereka yang tidak mengonsumsi produk daging (vegetarian) atau lansia - baik karena penurunan kemampuan tubuh menyerap nutrisi atau akibat konsumsi banyak obat yang mengganggu penyerapan vitamin B.
“Vitamin B1 terbuang bersama urin pada penderita diabetes. Mereka yang mengonsumsi metformin(obat antidiabetes) atau menderita komplikasi diabetes, kadar vitamin B12-nya menurun.
“Pada pasien diabetes defesiensi B12 menyebabkan penumpukan lemak di lever dan hiperkolesterolemia. Kondisi ini bisa mengakibatkan kolesterol menumpuk dan secara langsung merusak sistem saraf,” tambah Prof. Obeid.
Baca juga : Vitamin B Efektif Kurangi Gejala Kerusakan Saraf Neuropati
Ibu hamil dan menyusui temasuk ke dalam kelompok yang rentan mengalami kekurangan vitamin B. Berisiko melahirkan bayi dengan defesiensi vitamin B pula. Hal ini berpengaruh pada tumbuh kembang (fisik dan kognitif) anak.
“Riset menyatakan bayi dengan defesiensi vitamin B akan lebih gampang rewel, tidak tersenyum, mangalami masalah makan, anemia dan keterlambatan perkembangan mental. Gejala ini bisa dengan segera teratasi dengan suplementasi vitamin B, namun pada sebagian kasus tidak bisa,” ujar Prof. Obeid.
Disarankan pada mereka kelompok berisiko tinggi tersebut untuk memperbanyak konsumsi makanan sumber vitamin B, seperti daging, ikan, telur, susu dan produk turunannya.
Pada mereka yang menghidari daging, sumber vitamin B bisa diambil dari kedelai, kacang-kacangan, buncis, kentang atau beras merah. Atau konsumsi suplemen vitamin B satu tablet sehari. (jie)