Di balik tampilannya yang buruk rupa dan bau, mengkudu (Morrinda citrifolia) atau pace memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Di antaranya merangsang produksi sel T dalam sistem kekebalan tubuh, yang berperan penting dalam melawan penyakit. Mengkudu membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh, karena memiliki efek antibakteri, efek antinyeri (analgesik) dan mampu mengembalikan fungsi sel abnormal menjadi baik kembali.
Jahe, apalagi jahe merah (zinger officiale) yang beraroma khas dan sifatnya yang menimbulkan rasa hangat, sudah lama dikenal dalam pengobatan herbal. Apa jadinya kalau ekstrak mengkudu dan jahe merah digabung? Penelitian menunjukkan, perpaduan kedua ekstrak itu mampu mempercepat pemulihan penderita TB. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Arifin Nawas, Sp.P(K), MARS, menjelaskan, penyakit TB menginfeksi ketika sistem imun tubuh orang yang terkena basil tuberkulosis menurun. Peranan sistem imun penting dalam mengisolasi kuman TB, agar tidak menyebar dan membuatnya tidur (dorman).
Suplementasi ekstrak mengkudu dicampur jahe merah dapat meningkatkan daya tahan tubuh penderita TB. “Kombinasi kedua ekstrak herbal ini memiliki efek sinergi sebagai antimikroba, alias mampu membunuh kuman,” ujarnya.
Cara kerja
Mengkudu mengandung enzim proxeronase dan alkaloid proxeronine. Zat aktif proxeronine masuk ke sistem pencernaan sampai ke lever. Tiap 2 jam, hati mengeluarkan proxeronine ke peredaran darah, yang sudah diubah menjadi xeronine untuk diangkut ke seluruh tubuh. Zat ini dibutuhkan oleh protein, hormon, beberapa antibodi dan enzim untuk bisa bekerja.
Protein yang sudah diaktivasi xeronine, bertugas membentuk keseluruhan struktur tubuh sampai ke tingkat sel. Juga mengatur penyaluran kimia dan nutrisi, agar bisa diserap sel-sel di seluruh tubuh. Protein ini juga mendukung sistem imun.
Pada jahe merah, asam klorogenik yang berperan sebagai antioksidan sedangkan farnesol yang menstimulasi peregenerasian sel, menungkatkan daya tahan tubuh. Telah dilakukan uji klinik ganda tersamar pada pasien yang mendapat ekstrak mengkudu dan jahe merah, sebagai ajuvan (pendamping) obat TB. Uji klinik ini dilakukan pada 100 pasien TB, berusia <31 tahun yang dirawat di RS. Persahabatan, Jakarta.
Pasien dibagi dua; yang mendapat ekstrak mengkudu-jahe merah plus obat TB, dan hanya diberi obat TB ditambah plasebo (obat kosong). Dilakukan pemeriksaan pada minggu ke 2, 4, 6 sampai minggu ke 24 atau selama 6 bulan, dengan melihat gejala, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kuman.
“Dari pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam), ada 36 pasien yang kumannya positif tiga (3+). Padahal untuk mendapatkan hasil positif (satu) dibutuhkan minimal 10 ribu kuman dalam 1 cc dahak. Artinya, jumlah kuman (pada 36 pasien) tersebut tinggi,” papar dr. Arifin, anggota tim peneliti.
Dalam ≤ 6 minggu, 20 pasien pada kelompok kombinasi ekstrak mengkudu + jahe mengalami penurunan jumlah kuman dibandingkan kelompok plasebo. Percepatan konversi ini dapat mengurangi penularan TB. “Dengan pemberian ekstrak kedua herbal ada akselerasi, sehingga pasien dapat sembuh lebih cepat dan daya tahan tubuh mereka meningkat,” kata dr. Arifin.
Penelitian juga menunjukkan kecepatan konversi pada penderita TB dengan status gizi normal, lebih cepat 2,7x dibanding pasien dengan status gizi kurang. Artinya, kata dr. Arifin, “Dalam pengobatan TB, di samping obat perlu makanan bergizi.” Ia optimistis, ekstrak morrinda dan zinger officiale dapat dijadikan komponen utama dalam obat TB. Di pasaran, kini telah tersedia suplemen ekstrak mengkudu - jahe merah untuk pengobatan penyakit TB. (jie)
Baca Juga : BATUK ANAK TAK KUNJUNG SEMBUH, WASPADAI ASMA
SUNDARI SOEKOTJO AWET MUDA SEPERTI USIA 20-AN