Seorang pemuda tergopoh-gopoh membawa temannya ke UGD sebuah RS di Jakarta. Menurut cerita, temannya tertabrak motor saat hendak menyeberang. Ia terlempar cukup keras, dan terhempas dengan punggung mendarat lebih dulu. Dikuatirkan tulang punggungnya retak atau patah. Ia disarankan untuk menjalani prosedur CT Scan. Menurut radiolog di Jakarta dr. H. Edwin M. Hilman, Sp.Rad, “CT Scan bisa mendeteksi retak atau fisura yang tidak terlihat dengan Rontgent.”
CT Scan menggunakan radiasi sinar X untuk menghasilkan imaji, berbeda dengan MRI yang menggunakan medan magnet. Keunggulannya, pemeriksaan dengan CT Scan jauh lebih cepat ketimbang MRI. Untuk pemeriksaan kepala hanya sekitar 5-10 detik. Untuk pemeriksaan lain, paling lama 20 menit.
Keunggulan lain, CT Scan bagus untuk tulang dan organ bergerak (jantung, paru, dsb). “Untuk pembuluh darah yang kecil dari ujung kepala sampai kaki pun bisa,” ujar dr. Edwin. Kini telah tercipta MSCT (multi slice computed tomography) Scan 64 slice. Dengan multi slice/multi detector, imaji yang dihasilkan semakin bagus.
(Baca juga: PET-CT Scan, Pemeriksaan Menyeluruh Fungsi Tubuh)
CT Scan Jantung bisa digunakan untuk mendiagnosis kelainan pada pembuluh darah koroner seperti perkapuran, penyempitan, atau sumbatan total. Juga untuk mengevaluasi apakah terjadi re-stenosis (penyempitan kembali) pada pasien yang menggunakan sten atau setelah operasi by pass koroner.
Tidak perlu persiapan khusus, sebelum menjalani CT Scan. Kecuali untuk kasus tertentu seperti infeksi dan tumor, di mana diperlukan injeksi kontras. Pasien disarankan puasa sekitar 4 jam. “Itu karena saat pemeriksaan, pasien berbaring. Orang yang sensitif, bisa merasa mual. Agar tidak muntah, kami sarankan lambung kosong selama 4 jam,” tutur dr. Edwin.
Namun, jika tidak memerlukan kontras, misalnya fraktur (patah) tulang, tidak perlu puasa. Dengan kemajuan teknologi, kontras diberikan melalui injektor yang diatur secara komputerisasi; tidak lagi melalui infus. Dengan demikian selama pemeriksaan, bisa dipastikan bahwa kontras masih ada.
(Baca juga: MRI, Alat Peneropong Jaringan Lunak Tubuh)
Bagi yang menjalani CT Scan jantung, perlu mencapai detak jantung 60-70x/menit, agar hasilnya optimal. Untuk itu, hindari aktivitas berlebihan dan minuman yang dapat meningkatkan detak jantung seperti kopi, soda, dll. Jika tidak berhasil, pasien akan diberi obat penurun detak jantung.
Karena tidak menggunakan magnet, CT Scan bisa digunakan pada pasien dengan implan metal (alat pacu jantung, sendi buatan, alat bantu dengar, dll). ’Terowongan’ alat ini lebih pendek ketimbang MRI, sehingga tidak menimbulkan rasa ngeri pada penderita klaustrofobia (takut tempat sempit). Wanita hamil tidak disarankan periksa dengan alat ini. Sedangkan pasien anak sebaiknya tidak terlalu sering, karena prosedur melibatkan radiasi sinar X. Sebenarnya aman, karena sinar X yang melewati medium tegak lurus hanya ‘numpang lewat’ dan sama sekali tidak dipantulkan. “Yang berisiko justru orang di sekitarnya, seperti petugas karena menerima ‘percikan’ sinar yang tidak tegak lurus,” ujar dr. Edwin. (nid)
____________________________________________________
Ilustrasi: Pixabay.com