Ibuprofen adalah salah satu pereda nyeri yang dijual bebas. Kita biasa meminumnya untuk mengatasi berbagai keluhan, mulai dari sakit kepala sampai nyeri haid. Studi terbaru menyatakan konsumsi ibuprofen di trimester pertama kehamilan berisiko mempengaruhi kesuburan janin.
Penelitian terdahulu pada binatang menyatakan bahwa obat pereda nyeri, seperti parasetamol dan ibuprofen, bisa mempengaruhi ovarium dan kesuburan. Kemudian studi lain pada pria menghubungkan antara konsumsi ibuprofen dosis tinggi dalam jangka waktu lama bisa mengganggu hormon seks pria. Faktanya, seperti dilansir dari theguardian.com, sekitar 30% wanita di dunia mengonsumsi ibuprofen selama kehamilan.
“Kami mengetahui bahwa rata-rata tingkat kesuburan (pria /wanita) dalam beberapa tahun ini semakin turun, dan menjadi penting buat kami untuk mencari tahu penyebabnya,” papar Rod Mitchell, co-author dari penelitian yang dilakukan di University of Edinburgh.
“Karena ada penurunan (kesuburan) yang nyata, faktor lingkungan (termasuk konsumsi pereda sakit) turut berperan di dalamnya.”
Dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Human Reproduction, Mitchell dan kolega dari Prancis dan Denmark meneliti efek ibuprofen pada perkembangan ovarium, menggunakan sampel organ ovarium yang diambil dari 185 janin usia 7-12 minggu yang diaborsi.
Pada langkah pertama adalah menganalisa sampel darah yang diambil dari tali pusat 13 janin yang ibunya diketahui minum ibuprofen beberapa jam sebelum melakukan aborsi. Ini dilakukan untuk menegaskan bahwa ibuprofen memang telah melalui penghalang plasenta.
Pada masing-masing janin, sampel jaringan dikulturkan di bawah berbagai macam kondisi. Satu sampel tidak terpapar ibuprofen, sementara lainnya direndam cairan ibuprofen dengan beragam konsentrasi; merefleksikan konsentrasi yang bersirkulasi di dalam tubuh.
Setelah 7 hari, dibandingkan dengan sampel yang tidak terpapar ibuprofen, sampel janin dengan ibuprofen memiliki 50% lebih rendah sel ovarium. Dan jumlah sel germ (sel yang berkembang menjadi telur) yang lebih sedikit 50-57%. Semakin diperburuk dengan bertambahnya jumlah sel mati dan lebih sedikitnya sel yang membelah diri.
Percobaan lanjutan menunjukkan bahwa proses perusakan dimulai 2 hari setelah paparan ibuprofen pada janin berusia 8-12 minggu. Setelah 5 hari masa pemulihan, hanya sebagian yang bisa pulih akibat efek ibuprofen, hanya sel germ yang tampak muncul kembali.
Mitchell khawatir bahwa situasi di tubuh akan berbeda dibanding pada cawan patri. Itu sebabnya belum jelas apakah hilangnya sel germ bisa ditoleransi sebelum kesuburan terkena, ataukah ovarium dapat pulih sepenuhnya dalam waktu yang lebih lama.
“Jika melihat sel germ, yang mana dilakukan di cawan patri, kami mengidikasikan bahwa ada efek potensial di kehidupan nyata dan kesuburan. Tapi kami belum bisa membuktikannya dalam studi ini,” paparnya.
Untuk ibu hamil, ia menambahkan, “Sarannya tidak berubah,” tidak sebaiknya mengonsumsi pereda sakit, kecuali memang dibutuhkan, dengan dosis rendah dan jangka waktu sependek mungkin. Para ahli sepakat bahwa wanita hamil bisa memilih antara parasetamol atau ibuprofen, dan tidak mengonsumsi ibuprofen setelah usia kehamilan 30 minggu. (jie)