Sebagian orang memiliki kebiasaan nggesekkan geraham sampai menimbulkan bunyi gemeretak, ini disebut bruxism. Hal ini biasanya terjadi saat tidur malam dan penderita kerap tidak merasakan adanya gangguan.
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Namun beberapa penelitian menyimpulkan, pada anak kadang kebiasaan ini timbul saat masa gigi geligi sedang tumbuh. Sementara pada orang dewasa, bisa dipicu karena maloklusi atau hubungan tidak rata antara gigi di rahang atas dan rahang bawah.
Sebab lain karena ada kelainan saraf di rahang, sehingga membuatnya bergerak tanpa disadari. Dipicu pula oleh masalah psikologis seperti stres, rasa marah, sakit atau frustasi.
Saat terjadi bruxism, tekanan kunyah pada gigi geligi amat besar, melebihi tekanan kunyah normal. Dapat terjadi kerusakan pada gigi maupun sendi rahang atau pada jaringan penyangga gigi, seperti alveolar (tulang tempat tumbuhnya gigi), serta jaringan periodontal (jaringan pengikat gigi pada tulang).
Kerusakan pada sendi menimbulkan nyeri dan sulit menggerakkan rahang. Rasa sakit yang ditimbulkan bruxism dapat berupa sakit kepala, telinga dan leher serta otot-otot wajah terutama saat bangun tidur.
Drg. Ariandes Veddytarro, dari GSK Dental Detailing Specialist menyatakan, karakteristik orang dengan bruxism adalah permukaan gigi gerahamnya datar, karena tonjolan-tonjolan gigi terkikis akibat kebiasaan menggesek-gesek gigi.
Dan menurut dokter spesialis bedah mulut, dr. How Kim Chuan, dari Asosiasi Gigi Malaysia, bruxism dapat menyebabkan gigi sensitif. “Tidak cukup ditangani menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif, karena kemampuan menambal email yang rusak dari pasta gigi tidak dapat mengatasi kecepatan grinding gigi,” katanya.
Untuk mengevaluasi tingkat kerusakan gigi, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik pada gigi dan rahang. Dokter akan melihat kemungkinan pembengkakan pada otot rahang dan kelainan gigi, seperti gigi patah, tanggal atau gigi atas dan bawah tidak bertemu. Pada kasus yang parah, dapat menyebabkan hilangnya lapisan email gigi.
Gigi menjadi rentan pada rangsangan panas, dingin, asam atau bahan kimia. Bila didiamkan akan menciderai lapisan pulpa, yang berisi saraf dan pembuluh darah di gigi dan menyebabkan peradangan.
Perawatan yang diberikan tergantung tingkat kerusakan gigi. Untuk melindungi gigi dari gesekan yang terus-menerus, penderita dapat memakai alat pelindung gigi (mouth guard) saat tidur. Alat ini membantu merilekskan otot-otot rahang. Sifat alat ini membantu mengontrol, bukan menyembuhkan bruxism.
“Bila sudah parah sampai email gigi hilang dan dentin terbuka, bisa ditambal. Namun tetap dengan memakai mouth guard dan menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif,” terang drg. Ariandes. Barengi dengan terapi psikologis, untuk mengatasi gangguan emosional yang menyebabkan terjadinya bruxism. (jie)