Kanker menjadi penyakit yang paling ditakuti sekarang ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kanker termasuk penyebab kematian dan kesakitan terbanyak di dunia. Diperkirakan, ada 14 juta kasus baru dan 8,2 juta kematian yang berhubungan dengan kanker pada 2012. Angka ini diperkirakan naik 70% dalam dua dekade mendatang. Sebagian besar kasus baru kanker dan kematian yang disebabkannya, terjadi di Afrika, Asia serta Amerika Tengah dan Selatan.
Kanker terjadi akibat mutasi sel; sel-sel normal berubah menjadi ganas. Sel membelah tak terkendali, membentuk massa (gumpalan/tumor). Massa ini membentuk pembuluh darah sendiri yang agresif sehingga ikut merusak jaringan di sekelilingnya, dan menyebar ke mana-mana (bermetastasis).
Penyebab sel normal menjadi ganas, belum diketahui pasti; kanker hati dan kanker serviks bisa disebabkan oleh virus. Pola makan tinggi gula, garam, lemak dan minim serat; kurang olahraga; kegemukan; sering terpapar radikal bebas zat yang bersifat karsinogen (memicu kanker), ditengarai meningkatkan risiko kanker. Kesemuanya ini memicu respon peradangan (inflamasi) pada tubuh, hal ini diduga bisa merangsang terjadinya kanker.
Belakangan ini mulai diteliti, hubungan mikroba penghuni usus dengan kanker. Seperti kata peneliti Universitas California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat (AS), selama jutaan tahun bakteri usus telah berevolusi menjadi tipe baik dan jahat. Yang baik memiliki manfaat antiinflamasi, yang jahat memicu inflamasi. Pada studi yang dilakukan UCLA, tampak bakteri tertentu mengurangi kerusakan gen dan mengurangi inflamasi, yang merupakan kunci bagi berbagai penyakit termasuk kanker.
Peran bakteri terhadap kesehatan besar; jumlahnya di dalam tubuh lebih banyak ketimbang sel tubuh kita sendiri. Tubuh manusia memiliki 10 triliun sel bakteri, dan ‘hanya’ ada 1 triliun sel.
Hullmar, dkk (2014) menyatakan, mikrobiota usus berkontribusi terhadap kanker atau pencegahan kanker dalam beberapa cara. Antara lain, memfermentasi serat pangan dan zat pati tertentu sehingga tubuh mendapat nutrisi atau sumber energy, yang sebelumnya tidak bisa diakses. Mikroba tertentu memetabolisme zat asing (xenobiotic), yang bisa bermanfaat atau sebaliknya, merugikan. Beberapa mikroba memperbarui sel-sel epitel usus dan memelihara keutuhan mukosa (selaput lendir), serta memengaruhi perkembangan dan aktivias sistem imun.
Menariknya, efek mikrobiota usus tidak terbatas pada kanker di saluran cerna. Ini karena mikrobiota usus mampu memengaruhi inflamasi secara sistemik (seluruh tubuh). Dengan memahami hubungan yang kompleks dan dinamis antara mikroba usus dengan sistem imun tubuh manusia dan pola makan, bisa diketahui mekanisme pembentukan kanker. Di masa depan, bisa diketahui strategi pencegahan dan pengobatan kanker yang lebih baik.
Probiotik dan berbagai jenis kanker
Kanker kolorektal (usus besar dan rektum) termasuk yang paling banyak menyerang laki-laki dan perempuan di dunia. Ishikawa, dkk (2005) meneliti manfaat pemberian serat dan L. casei Shirota strain, terhadap kekambuhan tumor kolorektal. Penelitian melibatkan 398 orang (laki-laki dan perempuan), yang memiliki 2 tumor kolorektal atau lebih, tapi sudah diangkat. Pasien dengan 2 tumor kolorektal atau lebih, berisiko lebih tinggi mengalami kanker kolon ketimbang yang hanya satu tumor.
Mereka secara acak dibagi jadi 4 kelompok: kelompok bekatul gandum, kelompok L. casei Shirota strain (probiotik), kelompok bekatul dan probiotik, dan kelompok yang tidak mendapat bekatul maupun probiotik (kelompok kontrol). Hasilnya, asupan probiotik tampak menekan perkembangan atau mencegah kambuhnya tumor kolorektal secara signifikan. Terutama untuk tumor atipia sedang dan berat. Atipia berarti sel tidak normal tapi bukan sel kanker. Sel-sel atipia bisa menjadi kanker di kemudian hari, atau meningkatkan risiko kanker.
Manfaat probiotik juga diteliti pada kanker payudara. Toi M, dkk (2013) mengevaluasi efek minuman dengan kandungan L. casei Shirota strain dan isoflavon kedelai sejak remaja, terhadap kanker payudara. Penelitian dilakukan berdasar studi populasi pada perempuan Jepang dengan rentang usia 40-55 tahun. Dilakukan analisa terhadap 306 kasus kanker payudara dan 662 perempuan tanpa kanker payudara. Pola makan, pola hidup dan faktor risiko lain diselidiki dengan kuisioner dan wawancara. Ditemukan, konsumsi L. casei Shirota strain dan isoflavon secara rutin sejak remaja, berbanding terbalik dengan insiden kanker payudara.
Verhoeven V, dkk (2012) meneliti manfaat probiotik terhadap lesi pra kanker yang terkait dengan infeksi HPV (Human Papilloma Virus), virus penyebab kanker serviks. Sebanyak 54 perempuan dengan diagnosis lesi HPV+ melalui pemeriksaan Pap smear, diikuti selama 6 bulan. Sebagian perempuan diberi probiotik berupa susu fermentasi dengan L. casei Shirota strain 1x sehari selama periode studi (kelompok intervensi). Kelompok kontrol tidak mendapat pengobatan. Setelah 6 bulan, kembali dilakukan pemeriksaan status HPV dan Pap smear. Pada kelompok intervensi, pembersihan sel-sel abnormal terjadi sebesar 60%, dibandingkan 31% pada kelompok kontrol. HPV hilang pada 19% dari kelompok control dan 29% di kelompok probiotik.
Secara umum, konsumsi L. casei Shirota strain memodulasi sistem imun. Di antaranya, meningkatkan aktivitas sel NK (natural killer), yang bertugas membasmi sel tumor/kanker. Banyak studi yang meneliti manfaat L. casei Shirota strain terhadap peningkatan sel NK. Misalnya yang dilakukan Dong, dkk (2013); Reale M, dkk (2012); serta Takeda dan Okumura (2007). Menariknya, studi-studi ini menemukan bahwa peningkatan sel NK secara signifikan terjadi pada mereka dengan aktivitas sel NK rendah. Ini menunjukkan bahwa L. casei Shirota strain mengaktifkan sel NK secara optimal sesuai kebutuhan, tidak berlebihan.
Yakult mengandung lebih dari 6,5 miliar L. casei Shirota strain hidup. Mengonsumsi Yakult secara rutin dan kontinyu 1 botol/hari akan menyehatkan usus dan sistem imun, yang banyak terdapat di saluan cerna. Hal ini membuat kesehatan menjadi optimal sehingga berbagai penyakit bisa dihindari. (nid)
_______________________________________________________________________________
Foto: Suasana pabrik Yakult Mojokerto - dokumen OTC Digest