Bisa dibilang, isoflavon adalah primadona dari kandungan zat aktif dalam kedelai. Zat yang juga disebut fitoestrogen ini memang memiliki banyak manfaat khusus, misalnya mencegah kanker. Ia mencegah kanker dengan beragam cara. “Mulai dari mengganggu proses agar sel kanker tidak berkembang, meningkatkan apoptosis (program pematian sel) kanker, juga berperan sebagai antioksidan. Khususnya kanker payudara pada perempuan, dan kanker prostat pada laki-laki,” ungkap ujar Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, dosen di Departemen Ilmu & Teknologi Pangan IPB (Institut Pertanian Bogor).
Data kejadian kanker payudara per 100.000 penduduk menunjukkan, angkanya kecil sekali di Jepang dan Tiongkok, sementara di Amerika Serikat (AS) sangat tinggi. “Di Jepang, laju kematian akibat kanker payudara hanya ¼ dari yang terjadi di AS. Telaah terhadap 18 studi oleh peneliti dari sekolah kedokteran John Hopkins, AS, menunjukkan, konsumsi kedelai dapat menurunkan kejadian kanker payudara sampai 14%,” paparnya. Ada penelitian mengatakan, saat yang tepat bagi perempuan untuk mengonsumsi isoflavon yakni sejak masuk masa pubertas. Dan, ini harus dipertahankan menjadi gaya hidup.
(Baca juga: Istimewanya Kedelai, The Miracle of Golden Bean)
Kanker prostat yang ditakuti pria usia >45 tahun, angkanya tinggi di AS dan Inggris. Namun rendah di Jepang, Tiongkok dan Hong Kong, yang konsumsi kedelainya tinggi. Salah satu sebab rendahnya angka kematian akibat kanker prostat di Jepang, yakni konsumsi kedelai. “Disebutkan, isoflavon mampu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat, mencegah metastase (penyebaran sel kanker), serta memperlambat kenaikan PSA (prostate specific antigen),” terang Prof. Astawan. PSA adalah salah satu penanda kanker prostat, yang akan meningkat pada penderita kanker prostat.
Manfaat lain
Isoflavon juga berkhasiat menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah, bersifat anti mutasi gen, dan mencegah osteoporosis. Juga, menurunkan tekanan darah dan memelihara pembuluh darah tetap sehat. Sebuah studi meta analisis dari 38 studi menunjukkan, konsumsi protein kedelai dibandingkan diet tanpa kedelai dapat menurunkan kolesterol total, LDL dan trigliserida (lemak darah), serta meningkatkan HDL. “Di Jepang, angka penyakit jantung rendah. Ternyata, komponen kedelai yakni protein kedelai, isoflavon, asam linolenat, serat, saponin dan fitosterol berperan penting dalam hal ini,” ujar Prof. Astawan.
Isoflavon berperan penting mencegah osteoporosis. Studi di Jepang terhadap 478 wanita pasca menopause menunjukkan, terjadi peningkatan densitas mineral tulang, karena konsumsi isoflavon setiap hari. Genistein (salah satu kandungan isoflavon) terbukti secara nyata meningkatkan densitas tulang hingga 5%.
Struktur kimia isoflavon mirip estrogen. Di dalam tubuh, isoflavon bisa bekerja menyerupai estrogen, karenanya disebut fitoestrogen. Isoflavon bisa digunakan sebagai terapi non hormonal. “Konsumsi kedelai yang mengandung isoflavon, sudah merupakan estrogen alami. Itu sebabnya, usia menopause wanita Jepang di atas 57 tahun,” ucap Prof. Astawan. Yang paling ditakutkan dari menopause yakni hot flashes atau rasa panas di wajah. Di AS, hot flashes, gangguan tidur, kurang energi dan depresi pada wanita menopause tinggi, sedangkan di Jepang rendah. “Disebutkan, gejala menopause dapat dikurangi melalui konsumsi 45 gram tepung kedelai/hari,” imbuhnya.
(Baca juga: Menghadapi Masa Menopause)
Uniknya lagi, isoflavon sangat stabil dan tahan terhadap proses pemanasan dan fermentasi. Anjuran konsumsi isoflavon yakni 50-90 mg/hari. Di Jepang bahkan 200 mg/hari. Indonesia masih rendah, mungkin sekitar 20 mg/hari. Cukup ironis, karena sebenarnya bisa kita dapatkan dengan mudah sehari-hari dari tempe, tahu bahkan tauge kedelai. Jadi, masih gengsi makan tempe? (nid)