Semua orang akan mengalami katarak, penyebab utama penyakit mata ini adalah adalah penuaan. Normalnya dengan berbagai derajat yang berbeda, saat usia di atas 50 tahun kekeruhan lensa mata terjadi; ini adalah penyebab katarak. Namun, katarak juga mungkin terjadi pada anak-anak.
Pada anak-anak disebut sebagai katarak kongenital, bisa disebabkan infeksi rubella, toksoplasma atau karena kelahiran prematur. Gejala yang muncul dapat terdeteksi sejak dini, yakni terlihat ada keputihan pada pupil mata, bola mata tampak tidak seimbang, atau anak mudah silau saat terkena sinar matahari.
Penanganan katarak anak harus cepat. “Saat bayi lahir saraf penglihatan belum matang, ia hanya bisa melihat berupa bayangan. Saraf mata membutuhkan stimulasi dari luar supaya bisa berkembang seperti saraf mata dewasa (sudah matang). Bila ada katarak yang menghalangi stimulasi tersebut, saraf tidak bisa berkembang optimal,” papar dr. Zeiras Eka Djamal, SpM., Kepala Klinik Mata Utama Jakarta Eye Center @ Cinere, beberapa waktu lalu.
Pada anak, prosedur operasi katarak lebih kompleks dibanding pada dewasa, sehingga membutuhkan anestasi (bius) umum untuk menjamin kelancaran operasi. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan pra-operasi meliputi, kondisi awal sebelum operasi, perlu tidaknya ditanam lensa intraokular, sampai dengan pemeriksaan keseluruhan kondisi pasien.
Golden periode dilakukannya operasi katarak anak adalah < 6 tahun. “Kalau sudah remaja, baru dilakukan operasi kemampuan penglihatan tidak optimal. Sementara jika tertangani dini, penglihatannya bisa membaik,” tambahnya.
Risiko katarak berulang pasca-operasi sangat kecil, namun ada kemungkinan terjadi kondisi kekeruhan pada kantong penahan lensa mata. Ini juga menyebabkan gangguan jernih lapang pandang. Dokter biasanya melakukan tindakan tindakan pembersihan pada kantong mata sekaligus saat operasi tanam lensa intraokular.
Terapi mata malas
Setelah operasi, anak juga perlu melakukan terapi ambliopia (mata malas). Mata malas bisa terjadi pada katarak anak karena saraf mata yang belum terstimulasi dengan baik.
Untuk mengatasi ambliopia, anak harus menggunakan matanya yang malas dengan terapi oklusi/patching. Yakni menutup mata yang penglihatannya baik, atau dengan tetes atropin pada mata yang baik. Bila anak juga butuh kacamata maka anak harus memakai kacamata sepanjang hari, kecuali mandi dan tidur.
Tujuan utama menutup mata adalah untuk “memaksa” menggunakan mata yang malas (daripada mata yang sehat) sehingga mata tersebut memperoleh peluang untuk mengembangkan daya penglihatan normal. Pemulihan penglihatan ini akan lebih baik bila patching dilakukan pada usia sedini mungkin.
Penutupan mata bisa memakan waktu mingguan, bulanan bahkan tahunan. Semakin muda usia dimulai, pemulihan akan semakin cepat. Penglihatan kadang-kadang memburuk kembali sehingga mata anak tetap harus dicek secara teratur. (jie)