Nyeri dada kerap dikaitkan dengan serangan jantung. Penyakit jantung dan pembuluh darah memang merupakan momok di negara mana pun, tak terkecuali Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, terjadi 15 juta kematian/tahun di dunia akibat serangan jantung.
Menurut dr. Dicky A Hanafi, Sp.JP(K) yang praktik di RS Bunda, Menteng, Jakarta, serangan jantung diawali dengan terjadinya arterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah koroner akibat endapan lemak selama bertahun-tahun. Terjadi kerusakan dinding pembuluh darah yang disebut endotel. Tergeseknya dinding pembuluh darah oleh aliran darah, menyebabkan sobekan/retakan dinding pembuluh darah.
Tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun, karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu menutup pembuluh jantung. “Kejadiannya bisa tiba-tiba, dan sering tanpa ada keluhan sebelumnya,” ujar dr. Dicky.
Nyeri dada, tanda serangan jantung?
Serangan jantung terjadi karena ada sumbatan tiba-tiba pada pembuluh darah koroner, yang menyuplai O2 dan nutrisi pada jantung. Penderita akan merasa nyeri di dada. Karena jantung adalah organ dalam, nyeri yang tidak jelas betul terasa di mana; tidak bisa ditunjukkan dengan dengan telunjuk melainkan dengan telapak tangan.
Salah satu gejala aterosklerosis jantung adalah angina pektoris, karena berkurangnya pasokan darah ke jantung. Penderita akan merasa nyeri/tidak enak di daerah jantung dan dada. Angina atau biasa disebut angin duduk, bisa terjadi saat beraktivitas fisik atau beristirahat. Selain karena olahraga yang berlebihan, angina dapat dipicu karena kegembiraan yang meluap-luap atau gangguan emosional.
“Nyeri dada dapat menjalar ke leher, punggung, rahang sampai ke ulu hati seperti pada sakit maag. Kalau minum obat maag tapi sakitnya tidak berkurang, bisa jadi itu sakit jantung,” kata dr. Dicky. Angina bisa berkembang menjadi infark miokard akut yang kenal sebagai serangan jantung. Otot-otot jantung yang tidak mendapat suplai darah karena tersumbat, akan mengalami kerusakan atau kematian mendadak.
Banyak sebab nyeri dada spesifik karena gangguan jantung. Di antaranya yang disebabkan oleh gangguan/kerusakan otot jantung disebut kardiomiopati. Kerusakan otot ini menyebabkan dinding-dinding jantung tidak dapat bergerak sempurna memompa darah. Penderita kardiomiopati berisiko terkena aritmia dan gagal jantung mendadak.
Aritmia adalah irama detak jantung yang tidak teratur; terlalu cepat atau terlalu lambat, karena ada gangguan rangsang yang berupa aliran listrik. Pada prinsipnya gangguan irama jantung terjadi karena terjadi "hubungan pendek" pada sistem denyut listrik.
Aritmia jantung menimbulkan gejala berupa nyeri dada dan rasa berdebar-debar, umumnya penderita mengeluhkan perasaan seperti mau mati. Kecepatan denyut jantung bisa 300 - 400 per menit. Bila dalam 10 menit tidak tertolong penderita bisa mati mendadak. (jie)