Saat hamil, perut yang membesar memberi tekanan pada panggul dan daerah anus. Belum lagi, cairan tubuh bertambah dan umumnya berat badan (BB) juga naik, sehingga tekanan yang ditimbulkan pada anus makin besar lagi. “Akibatnya, pembuluh darah vena di daerah tersebut melebar dan timbul wasir,” ujar dr. Panondang Panggabean, Sp.B dari Rumah Wasir, Bekasi.
Pembuluh darah bisa dianalogikan seperti balon. Setelah ditiup lalu dikempiskan, balon akan sedikit meregang; tidak akan bisa kembali seperti semula. Seperti inilah kira-kira pembuluh darah di sekitar anus saat terjadi wasir. Pembuluh darah melebar dan meradang lalu terisi cairan, yang bila didiamkan akan makin besar. Makin besar ukuran (derajat) wasir, maka makin sulit untuk kembali mengecil.
Ada wasir di luar (eksternal), ada yang di dalam (internal). Wasir eksternal tidak memiliki derajat. Saat BAB (buang air besar) terasa perih akibat gesekan feses (tinja). Sebaliknya wasir internal tidak terasa sakit, tapi bisa terus berkembang hingga sangat besar. “Pada derajat empat (akhir), wasir keluar dan tidak bisa dimasukkan lagi, sehingga terjepit di lubang anus. Pada saat inilah timbul nyeri,” terang dr. Panondang.
Tidak sedikit memang perempuan yang mengeluhkan wasir saat/setelah hamil. Data dari pasien Rumah Wasir, 50% pasien adalah perempuan, dan 30% di antaranya perempuan hamil. Selain akibat tekanan di perut, bisa pula dipengaruhi konsumsi zat besi, yang biasanya dianjurkan untuk mencegah anemia selama hamil. Konsumsi zat besi bisa memicu sembelit.
Wasir saat hamil tidak berbahaya, “Tapi merugikan karena tidak nyaman.” Apalagi bila wasir sudah derajat 4 sehingga terjepit di lubang anus. “Makin besar kehamilan, akan makin sakit,” imbuh dr. Panondang. Ia menekankan, ibu dengan wasir tetap bisa melahirkan secara normal, tidak harus Caesar.
Pengobatan wasir secara konservatif dilakukan dengan mengoleskan salep agar wasir sedikit mengecil dan bisa kembali dimasukkan. Operasi secara konvensional perlu dipikirkan lebih jauh karena melibatkan obat bius total dan bisa menyebabkan pendarahan hebat karena wasir langsung dipotong . Sementara itu, ibu hamil sering mengalami anemia. Tentu akan sangat berisiko bila terjadi pendarahan akibat operasi.
Teknologi BEIM (Biological Electrical Impedance Auto-Measurement) memungkinkan operasi yang lebih aman dan nyaman. Operasi dilakukan hanya dengan bius lukal. Sleanjutnya wasir dijepit dengan alat khusus seperti gunting kecil yang mengalirkan listrik tegangan kecil (+6 volt). “Panas dari alat akan menarik cairan dari wasir sehingga menjadi kering,” terang dr. Panondang. Setelah wasir kering dan keras, baru dipotong sehingga,tidak berdarah, lukanya minimal dan langsung menutup; tidak perlu dijahit.
Idelanya, bila ada wasir segera ditangani sebelum terjadi kehamilan. Saat hamil, BEIM bisa dilakukan pada trimester (TM) 2, “Kalau terpaksa di TM 3.” Tidak disarankan di TM 1 karena pada masa ini, terjadi pertumbuhan krusial pada janin sehingga semua hal yang bisa menimbulkan risiko harus dihindari sebisa mungkin. (nid)