Makanan dan minuman manis sering jadi “sahabat” perempuan ketika ingin ngemil, terutama saat stress atau menjelang menstruasi. Meski tahu risikonya terhadap kesehatan, keinginan ngemil makanan manis dan karbohidrat kadang sulit ditahan. Mungkin karena merasa obesitas dan gejala diabetes masih jauh, jadi “aman”. Padahal, kedua risiko ini diam-diam mengintai dan ada risiko lain yang gejalanya tidak terlalu kentara tapi fatal: infertilitas.
Salah satu penyebab utama infertilitas (ketidaksuburan) pada perempuan adalah sindrom ovarium polikistik atau ovary polycystic syndrome (PCOS). “PCOS adalah kondisi yang terkait dengan resistensi insulin,” ujar dr. Imam Subekti, Sp.PD-KEMD dari FKUI/RSCM Jakarta.
Ketika kita makan makanan tinggi gula dan/atau karbohidrat, gula darah akan meningkat. Untuk menurunkannya, pankreas memproduksi hormon insulin, yang bertugas memasukkan gula di darah ke sel sehingga bisa diubah menjadi energi. Bila tidak digunakan, gula akan disimpan dalam bentuk lemak.
Lemak akan menumpuk, jika kita terus mengonsumsi makanan tinggi gula dan kurang beraktivitas fisik. Tumpukan lemak terutama di bagian perut, membuat tubuh tidak sensitif terhadap insulin; disebut resistensi insulin. Akibatnya, pankreas harus memproduksi insulin lebih banyak. Kondisi ini bisa berujung pada penyakit diabetes mellitus tipe 2 (DM 2).
Selama belum terjadi DM, kesehatan tetap aman? Tidak. Resistensi insulin dan tumpukan lemak bisa memicu PCOS. Tingginya kadar insulin menstimulasi ovarium (indung telur) memproduksi androgen (hormon laki-laki) berlebihan, serta meningkatkan sekresi LH (luteinizing hormone) yang menstimulasi ovarium memproduksi androgen. Juga menurunkan kadar SHBG (sex hormone-binding globulin), zat yang mengikat hormon testosteron (salah satu hormon androgen), sehingga yang beredar dalam darah hanya sedikit. Bila SHBG turun, maka kadar androgen bebas meningkat.
Akibat fatal dari PCOS yakni infertilitas. Pada penderita PCOS, sel telur membesar, tapi kemudian perkembangannya terhenti. Telur tidak matang dan tidak bergerak ke tuba falopi untuk dibuahi. Inilah mengapa penderita PCOS mengalami siklus menstruasi tidak teratur; kadang beberapa bulan tidak haid.
Akibat sel telur yang membesar tapi tidak matang, ovarium berbenjol-benjol seperti ada butiran mutiara di dalamnya. “Mutiara” ini mengandung androgen tinggi; muncul gejala hiperandrogen: pertumbuhan pola rambut laki-laki (daerah kumis, dll), serta kulit berminyak dan jerawat.
Pengobatan PCOS yakni dengan pil KB, yang mengandung hormon perempuan progesteron dan estrogen, sehingga kesimbangan hormon dan siklus menstruasi kembali normal. “Tapi selain hormonal, resistensi insulin harus diperbaiki,” ujar dr. Imam. Dokter bisa meresepkan obat anti resistensi insulin seperti metformin. “Kalau resistensi insulin sudah diobati dan PCOS-nya reda, perempuan bisa hamil,” katanya. (nid)