Sariawan, luka kecil di dalam rongga mulut ini siapa yang tidak pernah mengalaminya? Namun perlu diwaspadai jika sariawan tak kunjung sembuh, jangan-jangan tanda awal kanker mulut.
Para ahli belum mengetahui penyebab pasti timbulnya sariawan. Namun disinyalir berhubungan dengan banyak faktor, seperti penurunan imunitas, genetik, virus, kesehatan rongga mulut yang buruk, kontur gigi, stres, hormonal dan lainnya.
Sariawan dalam istilah medis disebut stomatitis aftosa rekuren (SAR), ditandai dengan kelainan berupa luka (ulcer/tukak) berbentuk cekungan berwarna putih, biasanya di bibir bagian dalam, pipi bagian dalam, dasar mulut dan tepi lidah.
Normalnya, “Ia hilang timbul, makanya disebut rekuren. Sembuh dalam 7 – 14 hari. Lokasi saat kambuh dapat berpindah-pindah di rongga mulut, berbentuk bulat / oval, ukurannya < 1 cm,” terang Dr. drg. Febrina Rahmayanti, Sp.PM, dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, Jakarta, dalam acara Small Media Discussion, di Jakarta (24/8).
Namun patut diwaspadai jika sariawan terjadi tidak semestinya. Terutama jika tak kunjung sembuh dalam waktu 3 -4 minggu, luka berubah bentuk, dan rasa nyeri justru tidak sepadan dengan besarnya luka. Ini bisa menjadi penanda kanker mulut.
“Dengan luka yang besar, rasa nyeri justru dalam skala ± 3 (dari 1-10). Iritasi yang berlangsung lama menyebabkan timbul reaksi fibrosis atau penebalan di lokasi sariawan. Sariawan menjadi lebih besar dan jika diraba terasa keras,” tambah drg. Febrina.
Ia menambahkan risiko kanker mulut berkali lipat lebih besar pada perokok, mereka yang kerap mengonsumsi alkohol, gaya hidup tidak sehat dan kepedulian pada kesehatan mulut minim. Awalnya mungkin hanya sariawan biasa akibat terluka oleh gigi yang tajam; terjadi terus-menerus ditambah bahan karsinogen yang masuk dalam mulut memicu terjadinya kanker.
"Giginya ada yang bolong nggak ditambal, nggak dirawat, lama-lama menjadi tajam atau terus dia patah. Itu bisa mengiritasi mukosa mulut. Iritasi yang kronis itulah kemudian bisa mengubah sel yang tadinya normal menjadi sel kanker," ujar drg. Febrina.
Prevalensi kanker mulut di Indonesia adalah 10% dari seluruh kanker yang ada. Sebagian besar (90%) merupakan karsinoma sel skuamosa, kanker dengan perjalanan penyakit yang buruk; harapan hidup 50-63% dalam 5 tahun setelah terdiagnosis.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan biopsi (pengambilan jaringan). Jenis terapi berupa kemoterapi, radiasi, pembedahan atau terapi kombinasi. (jie)