Bagi aktris, model sekaligus pengajar ini, mendidik anak sendiri lebih susah dibanding saat ia berada di kelas mengajar anak-anak lain.
Anak-anak menganggap guru sebagai panutan yang mengajarkan mereka untuk disiplin. “Sementara orangtua adalah tempat mereka bisa bermanja-manja,” papar wanita kelahiran 2 Mei 1973 ini. “Itu sebabnya anak sering membantah jika ibunya yang suruh, beda kalau guru yang minta.”
Perlu diketahui, Susan mulai aktif sebagai guru bahasa Inggris sejak tahun 1996, pernah mengajar di berbagai level pendidikan, dari TK sampai perguruan tinggi. Namun mengajar anak-anak kecil lebih menjadi panggilan hatinya.
“Mengajar anak-anak adalah tantangan sendiri. Karena kita mengajar generasi (penerus) dari awal. Bagaimana mendidik dari segi pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang diterapkan di sekolah,” tuturnya.
Termasuk dalam hal pemenuhan gizi, setiap orangtua tentunya ingin memberikan gizi terbaik bagi anaknya. Ibu dari Tristan van Tongeren (5 tahun) mengakui kebanyakkan guru dan orangtua memiliki pengetahuan tentang gizi yang kurang.
“Orang dulu bilang sudah cukup makan pakai nasi lauk tempe, nutrisi tempe juga tinggi. Memang makannya cukup, tapi apakah akan tumbuh sehat, bagaimana dengan otaknya, pintar tidak, apakah bisa menghasilkan generasi yang kompeten untuk segala hal? Zaman sekarang kita harus berpikir memberikan anak dengan gizi seimbang, serat ada, vitamin ada, mineral ada,” timpal Susan.
Ia bercerita suatu ketika anak semata wayangnya menolak makan buah. Ini membuat Susan panik, karena walau sudah dibujuk dan mencontohkan enaknya makan buah, sang anak tetap menolak. “Saya sempat harus ngomong sama gurunya, konsultasi. Inilah perlunya menyamakan persepsi tentang pentingnya asupan gizi bagi anak,” paparnya saat ditemui dalam acara Frisian Flag Indonesia Luncurkan Gerakan Nusantara 2017 (22/8).
Akhirnya memang sebagai orangtua, dituntut kreatif agar kandungan nutrisi dalam buah dapat diganti lewat makanan lain, misalnya jus. (jie)