Ditengarai, sekitar 5-10% perempuan usia reproduksi mengalami sindrom ovarium polikistik atau PCOS (polycystic ovarian sindrome). Menurut Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFer dari FK Universitas Indonesia, Jakarta, angkanya di Indonesia tidak jauh beda. PCOS, resistensi insulin dan hiperandrogen, saling berkaitan dan saling memengaruhi. Kadar insulin tinggi dapat meningkatkan androgen bebas dan memicu PCOS. Sebaliknya, PCOS bisa bermanifestasi sebagai resistensi insulin dan hiperandrogen.
PCOS adalah kumpulan gejala, akibat ketidakseimbangan hormon. “Pasien biasanya datang ke dokter dengan keluhan haid tidak teratur dan sulit hamil,” ungkap Dr. dr. Iko. Kulit berminyak, berjerawat, pertumbuhan rambut berlebih pada wajah dan tubuh (hirsutisme) dan rambut rontok kerap menyertai, sehingga bisa dikenali sebagai tanda dan gejala PCOS.
Tanda lain, kegemukan atau gemuk di perut (obesitas sentral), “Lingkar perut lebih dari 88 cm.” Ukur lingkar pinggang (perut) dibagi lingkar pinggul; hasilnya menunjukkan rasio lingkar pinggang:pinggul. Bila lebih dari 0,72 bisa merupakan faktor risiko PCOS.
Perempuan dengan PCOS cenderung memiliki kadar androgen lebih tinggi dari normal. Androgen diperlukan dalam siklus ovulasi. Hormon ini mendukung perkembangan folikel sel telur, dan mencegahnya mati di tahap awal. Selanjutnya, androgen menstimulasi FSH (follicle-stimulating hormon) yang akan merangsang pertumbuhan folikel hingga makin membesar.
Bila kadar androgen terus tinggi, folikel yang telah berkembang akan mandek. Tidak terjadi ovulasi; sel telur tidak matang dan tidak keluar dari folikel menuju tuba falopi untuk dibuahi. Bila dilakukan pemeriksaan USG, biasanya tampak kista berupa folikel telur yang membesar tapi tidak terjadi ovulasi, seperti mutiara di indung telur.
Hal tersebut membuat perempuan tidak haid atau siklus haidnya tidak teratur; bisa 3 bulan sekali atau lebih jarang lagi. Saat sudah menikah, tentu akan sulit hamil. “Ini merupakan salah satu penyebab gangguan kesuburan yang cukup banyak, sekitar 30-40% dari seluruh perempuan yang susah hamil,” terang Dr. dr. Iko.
Sampai sekarang tidak diketahui pasti, apa penyebab PCOS. “Faktor utama biasanya dilandasi faktor genetik,” tegas Dr. dr. Iko. Misalnya ada riwayat resistensi insulin, diabetes, atau gangguan siklus haid dalam keluarga. Banyak perempuan yang mengalami PCOS memiliki resistensi insulin, sehingga tubuh meningkatkan produksi insulin. Sementara kadar insulin tinggi akan menaikkan hormon androgen.
PCOS sebaiknya jangan diabaikan. Selain kesuburan terganggu, pasien PCOS berisiko mengalami diabetes serta gangguan pada jantung dan pembuluh darah dalam jangka panjang. (nid)
Bersambung ke: Pil Anti-Androgen