Abdul Mukri, Pasien Transplantasi Hati Pertama di Indonesia (Bagian2) | OTC Digest

Abdul Mukri, Pasien Transplantasi Hati Pertama di Indonesia (Bagian2)

Pengorbanan untuk Ayah

Mukri membaca kisah Dahlan Iskan – mantan Menteri Negara BUMN - yang melakukan transplantasi hati di China. “Saya terinspirasi dari kisah beliau, tapi tidak mungkin kalau saya mesti ke China untuk operasi, biaya dari mana,” kenangnya.

Tahun 2010, ada kabar gembira. RSCM mengadakan program transplantasi hati pertama, yang merupakan transfer ilmu dari dokter China pada dokter Indonesia.

Banyak kandidat mengajukan untuk program ini. Setiap kandidat dites kesiapan dan ketersediaan donornya. Sosialisasi dilakukan antara keluarga dengan tim dokter. Dari para kandidat, ada yang tidak ada donornya, ada yang tidak siap mental.

“Saya punya 4 donor dari adik, ipar sampai keponakan, namun semuanya tidak cocok. Saya pasrah,”katanya.

Tiba-tiba anak tertuanya Nisa Az Zahra (saat itu berusia 18 tahun) mengajukan diri menjadi donor. Ia memaksa sang ayah agar menerimanya menjadi donor, dan ternyata cocok. Serangkaian pemeriksaan sampai masa karantina dilakukan.

“Kami berdua dikarantina selama 1 minggu di ruangan 5x5m. Tidak boleh keluar sama sekali, jadi cuma muter-muter di situ saja. Yang besuk hanya boleh melihat dari balik kaca, agar kami benar-benar steril,” terang Mukri.

Pada hari H, 13 Desember 2010, operasi dilakukan selama 12 jam. Semua hati Mukri yang sudah rusak dibuang, diganti dengan setengah hati milik Icha (panggilan Nisa). Pascaoperasi ia masih harus di ruang ICU selama 21 hari, kemudian dipindahkan ke ruang isolasi selama 3 minggu.

Alhamdulillah, operasi sukses dilakukan. Fungsi hati Mukri kembali normal sampai 90%. “Sekarang obat yang saya minum adalah agar tubuh tidak menolak organ baru itu. Orang bilang, obat ini harus diminum seumur hidup. Saya anggap seperti makan saja, kan sama-sama seumur hidup,” ia berseloroh.

Baca juga : Abdul Mukri, Pasien Transplantasi Hati Pertama di Indonesia (Bagian1)

Masalah makan yang dulunya penuh larangan, sekarang lebih bebas. Ia sudah boleh makan di luar atau makan gorengan, walau tetap harus memperhatikan higienitas. “Saat ini, masalah makan menjadi bebas bersyarat,” ia tertawa.  

Mendapatkan hati baru, Mukri merasa menjadi lebih muda. Rambutnya yang dulu kaku kini menjadi lemas. Mirip yang terjadi pada Dahlan Iskan, rambutnya yang dulu beruban menjadi hitam kembali.

Kini Mukri banyak memotivasi dan menjadi inspirasi bagi sesama penderita sirosis, agar mereka tetap bertahan. Ia  meminta kepada siapa saja agar mau menjadi donor hati, karena hati yang diambil (didonorkan) akan tumbuh lagi, sehingga orang yang menjadi donor tetap dapat hidup normal.

Sedih Lihat sang ayah hilang semangat

Awalnya, Nisa Az Zahra (Icha) yang saat itu baru masuk kuliah, tidak terpikir untuk mendonorkan sebagian hatinya pada sang ayah. Setelah semua calon donor yang  mengajukan diri tidak cocok, hatinya tergerak.

“Harapan terakhir tinggal saya, karena adik-adik masih kecil. Kasihan melihat ayah hilang semangat, setelah semua calon donor ditolak,” paparnya.

Setelah dilakukan serangkaian tes, ternyata hasilnya oke. “Yang di cek banyak pakai MRI, CT scan dan lain-lain termasuk biopsi hati. “Pertama di USG, dipaskan hati letaknya di mana, di antara 2 tulang rusuk ditandai lalu jaringan hati diambil. Dibius lokal, tapi rasanya sakit banget,” kenangnya.

Adalah kebahagiaan yang tak ternilai, melihat sang ayah kini sehat kembali. (jie)