Menurut Dokter Bolehkah Ibu Hamil Vaksin Hepatitis B
Hepatitis

Vaksinasi Hepatitis B untuk Ibu

Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan, prevalensi hepatitis B mencapai 9,4% dan  9,28% perempuan Indonesia membawa virus tersebut di tubuhnya. Bisa menjadi masalah karena ibu yang terinfeksi hepatitis B (HBsAg positif), besar kemungkinan akan menularkan ke bayinya. “Kalau ibu memiliki HBsAg positif, kemungkinan penulatan ke bayi 85-90%,” terang dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), anggota Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sebagian besar penularan terjadi saat proses persalinan akibat perlukaan; hanya 5% saat dalam kandungan.

Perempuan perlu melindungi diri sedini mungkin. Menurut Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI dari FKUI/RSCM, hepatitis B adalah salah satu vaksin ‘wajib’ untuk perempuan usia reproduktif. “Untuk melindungi diri dari penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual, sekaligus melindungi calon bayi,” paparnya. Idealnya, vaksinasi dilakukan sebelum perempuan berhubungan seksual untuk pertama kali.

Baca Juga : VAKSIN HEPATITIS B MELINDUNGI IBU DAN BAYI

                    COKELAT BAIK UNTUK IBU HAMIL

Bila sudah hamil sebelum mendapat vaksin, “Vaksin hepatitis B bisa diberikan saat hamil,” ucap Dr. dr. Iris. Hepatitis B termasuk vaksin mati, yang berasal dari partikel antigen permukaan virus yang tidak bersifat menginfeksi, sehingga tidak ada risiko infeksi ke janin. Vaksin terutama dianjurkan untuk ibu hamil yang memiliki faktor risiko. Misalnya memiliki pasangan seksual lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir; memiliki pasangan yang positif HbsAg; pengguna, mantan pengguna atau memiliki pasangan pengguna narkoba suntik; serumah dengan penderita hepatitis B. Vaksin diberikan dalam tiga dosis, dilakukan pada bulan ke-0, 1 dan 6.

Saat hamil, lakukan pemeriksaan HBsAg. Bila positif, bayi harus diberi vaksin hepatitis B dan suntikan HBIg (antibodi hepatitis B) segera setelah lahir, di paha yang berbeda. Perlu dilakukan <24 jam setelah bayi lahir, untuk melindungi dari infeksi hepatitis B. Bila HBsAg negatif, bayi sebaiknya tetap diberi vaksin.

Sebaiknya memeriksakan status hepatitis B sebelum divaksinasi, agar tidak sia-sia. Bila ditemukan positif, akan terus dimonitor apakah sudah perlu mendapat pengobatan, terutama bila nanti ibu hamil. Tidak semua hepatitis B perlu diobati, karena virusnya sendiri tidak merusak hati. Hati mulai rusak ketika tubuh coba melawan, sehingga pengobatan perlu dilakukan. Karenanya, pasien hepatitis B harus terus dimonitor.

Ibu bisa menjalani pengobatan saat hamil? “Ada penelitian yang memberikan terapi saat hamil. Bukan untuk mengobati ibunya, tapi untuk menurunkan risiko transmisi ke janin,” terang dr. Hanifah Oswari. Obat herbal seperti temulawak tidak membunuh virus, tapi bisa memperkuat sel-sel hati. (nid)