Mioma Umumnya Tidak Berbahaya | OTC Digest

Mioma Umumnya Tidak Berbahaya

Jangan takut mendengar kata mioma. ”Seperti tahi lalat, semua orang punya. Tapi, mioma tumbuh di otot dinding rahim,” ujar Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Mioma biasa dialami perempuan usia 25-35 tahun. Saat menopause, di mana otot rahim mulai mengerut, mioma ikut mengecil. Sebagian besar tidak sadar memiliki mioma, karena tidak menimbulkan gejala. Gejala muncul bila ukurannya besar sehingga teraba, atau ada iritasi sehingga terjadi pendarahan.

Seringnya, mioma tidak hanya satu; bisa 5 bahkan 12. Umumnya tidak mengganggu dan bisa diabaikan. ”Jika tidak mengganggu, mioma tidak perlu dikutak-katik,” ujar Dr. dr. Ovy. Operasi hanya akan membuat perlukaan yang tidak perlu. Mioma juga bisa tumbuh lagi setelah operasi.

Gangguan muncul bila ukuran mioma besar dan menekan kandung kemih. Kesuburan terganggu jika mioma terletak di saluran telur, menghalangi bertemunya sperma dengan ovum (sel telur). Atau ukurannya besar dan menekan rahim, sehingga ovum yang sudah dibuahi tidak bisa menempel di dinding rahim, sehinggamioma perlu diangkat.

Kondisi tiap orang berbeda. Ada perempuan yang miomanya besar dan/atau banyak tapi bisa hamil. Ada yang miomanya sedikit/kecil, tapi sulit hamil. Mioma tidak berbahaya bagi kehamilan. Yang perlu dipantau, apakah mioma menutupi jalan lahir. Jika tidak mengganggu jalan lahir, ibu bisa melahirkan normal. ”Mioma bukan indikasi untuk caesar,” tegas Dr. dr. Ovy.

Mioma adalah tumor jinak, jarang berubah menjadi ganas (kanker). ”Hanya 1 dari 1000. Kecuali, dari awal sudah merupakan sel ganas,” ujar Dr. Ovy. Bila terdeteksi  mioma, periksa tiap 6 bulan atau 1 tahun. Jika mioma tumbuh sangat cepat, bisa dipertimbangkan operasi karena mungkin ganas. Monitoring penting untuk melihat, apakah letak dan ukurannya bisa menimbulkan gangguan.

Perempuan dengan riwayat keluarga mioma, lebih berisiko mengalami mioma. ”Hindari makanan berlemak dan hewan ternak yang disuntik hormon. Perbanyak makan buah dan sayur,” tutur Dr. dr. Ovy. (nid)