Media sosial tak bisa dipungkiri mendorong wisata kuliner. Banyak orang yang memiliki ‘ritual’ memfoto makanannya sebelum disantap. Kebiasaan ini membuat orang semakin berlomba-lomba mencoba makanan lezat lainnya. Masalahnya, ada sebagian orang yang hobi makan akan merasa bersalah karena makan terlalu banyak.
Menurut ahli kesehatan dan psikologi, mereka yang merasa bersalah setelah menyantap makanan termasuk menderita gangguan pola makan. “Istilahnya binge eating. Makan banyak tapi tidak enjoy, lalu diet, tapi gagal,” ujar dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, Cht.
Lingkungan bisa menjadi faktor pemicu. Deras sekali informasi tentang buruknya memiliki tubuh gemuk, secara estetika ataupun medis. Maka, wanita berusaha untuk tetap langsing. Untuk itu, melakukan diet.
Hanya saja, “Karena ‘lapar mata’, diet jadi susah dan yang bersangkutan merasa tertekan. Diet satu-dua bulan, kemudian berhenti dan merasa bersalah. Begitu seterusnya,” ujar pendiri klinik lightHOUSE ini.
Dari faktor biologi, binge eating ini karena ketidaksinkronan pengiriman pesan di hipotalamus (bagian otak) tentang lapar dan kenyang. Penelitian juga menunjukkan rendahnya serotonin (zat kimia yang memunculkan perasaan bahagia) di otak, pada penderita binge eating.
Mereka yang sejak anak-anak sudah terpapar / dipaksa tampil cantik/kurus, bisa menjurus pada perilaku tidak sehat ini. Binge eating juga berhubungan erat dengan depresi. Penderita binge eating diketahui adalah orang yang impulsif atau tidak bisa mengontrol emosi, orang yang rendah diri dan kesepian.
Menurut psikolog Tara de Thouars, BA, MPsi, penderita binge eating makan lebih banyak dibanding orang normal. Mereka makan meski pun tidak lapar. Mereka merasa, semua makanan yang dihidangkan dapat dilahap. Atau, makan sembunyi-sembunyi karena malu dengan banyaknya makanan yang dihabiskan.
“Pada dasarnya, mereka tahu kalau yang dilakukan itu salah. Timbul rasa bersalah, jijik, depresi pada diri sendiri, atau menangis setelah makan,” ujar Tara.
Penderita binge eating biasanya memiliki pemikiran obsesi pada makanan. “Dari bangun tidur sudah berpikir tentang makan, tiba di kantor berpikir tentang makanan. Mau tidur juga begitu,” katanya.
Perilaku binge eating ditunjukkan dengan berat badan yang naik turun, moody dan biasanya makan menjadi pelampiasan emosi. Juga ditunjukkan dengan suka mengumpulkan / menyembunyikan makanan dan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh. Pada tahap lanjut/parah, dapat berubah menjadi bulimia.
Kondisi ini, jika tidak ditangani dapat berdampak pada masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes dan hipertensi, kolesterol tinggi, stres, insomnia, ketergantungan pada obat-obatan. Pada kasus yang parah, bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri. (jie)
Baca juga : Ini Cara Atasi Gangguan Perilaku Makan Binge Eating