Dengue kerap dianggap sebagai peyakit anak-anak. Faktanya, dengue bisa menyerang seluruh kelompok usia. Dengue pada dewasa juga tak boleh luput dari perhatian. Di usia dwasa, penyakit yang secara global menjadi ancaman kesehatan serius ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu tetapi juga produktivitas nasional dan ekonomi.
Merespons hal tersebut, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), PT Bio Farma, dan PT Takeda Innovative Medicines, didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI), serta Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (PERDOKI), meluncurkan gerakan “Sinergi Aksi Perusahaan (SIAP) Lawan Dengue”.
Gerakan ini dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk melindungi karyawan dan keluarga mereka dari risiko dengue. Mengedepankan pencegahan yang komprehensif, termasuk 3M Plus dan vaksinasi, SIAP Lawan Dengue berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif bagi perusahaan di Indonesia.
Darmawansyah, ST. MSI, yang mewakili sambutan kunci Prof. Ir. Yassierli, ST., MT., Ph.D., Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI), menyampaikan, kesejahteraan dan kesehatan pekerja adalah aspek penting yang harus menjadi perhatian bersama. “Program ini tidak hanya melindungi karyawan dari risiko dengue, tetapi juga menunjukkan komitmen perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat,” ujarnya, dalam peluncuran SIAP di Jakarta (21/11).
Ia berharap, inisiatif ini akan menginspirasi lebih banyak perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah serupa dalam mendukung kesejahteraan karyawan mereka. “Bersama, kita dapat memastikan bahwa seluruh pekerja di Indonesia terlindungi dari infeksi dengue, sehingga mereka dapat terus bekerja dan berkarya dengan kondisi yang sehat dan optimal,” imbuhnya.
Ancaman Dengue pada Dewasa
Semua orang berisiko terjangkit virus dengue, terlepas dari usia, gaya hidup, dan di mana ia tinggal. Dengue tidak hanya menyerang anak-anak; kasus dengue justru banyak terjadi pada kelompok usia produktif, yaitu usia 15 hingga 44 tahun.
Dengue pada dewasa bisa menimbukan dampak yang lebih luas karena pada masa itu, mereka tengah aktif bekerja bahkan menjadi pilar bagi keluarga. Saat terkena dengue, produktivitas mereka akan terganggu. “Dengue ini bukan hanya penyakit yang mengancam nyawa, tetapi juga menimbulkan beban yang cukup besar, baik bagi pasien dan keluarganya, perusahaan, maupun negara,” ujar Dr. dr. Astrid B. Sulistomo, MPH, Sp.OK, Subsp.BioKo(K), Ketua Umum PERDOKI, ungkapnya.
Dengue juga kerap membawa beban fisik dan emosional. “Hal ini akan berdampak pada kualitas hidup pasien dan keluarga yang mendampingi,” ucap Dr. dr. Astrid. Terlebih, kita bisa terjangkit dengue lebih dari satu kali. Virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe, dapat menjangkit seseorang lebih dari satu kali, dan biasanya infeksi berikutnya berisiko lebih parah,” imbuhnya.
Menurutnya, perlindungan kesehatan yang menyeluruh adalah hak setiap individu, termasuk para pekerja yang berada di lingkungan berisiko tinggi. “Banyak pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi dengue. Oleh karena itu, perlindungan yang menyeluruh melalui pencegahan yang komprehensif memegang peran yang krusial. Salah satunya melalui vaksinasi dengue yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis, seperti PERDOKI untuk para pekerja di daerah endemik atau bepergian ke daerah endemik, pekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan pekerja di lokasi konstruksi,” jelasnya.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga merekomendasikan vaksinasi untuk mencegah dengue pada dewasa usia 19-45 tahun. Selain itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga merekomendasikannya bagi anak-anak usia 6-18 tahun.
Untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi perlu diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan, yaitu diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 3 bulan antara dosis 1 dan 2. “Dengan upaya pencegahan yang tepat, kita dapat membantu memastikan bahwa setiap individu di usia produktif dapat menjalani hidup yang lebih sehat, dan terlindungi dari ancaman keparahan yang dapat dicegah. Kesehatan pekerja tidak hanya penting bagi produktivitas, tetapi juga bagi keberlangsungan kehidupan mereka yang berharga bagi keluarga dan masyarakat,” tutur Dr. dr. Astrid.
SIAP Lawan Dengue
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, mendukung upaya PT Takeda Innovative Medicines yang telah menyelenggarakan SIAP Lawan Dengue untuk meningkatkan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dengue di Indonesia.
Pemerintah telah melakukan beberapa inovasi untuk mengurangi dengue menuju ‘nol kematian akibat dengue pada tahun 2030’. Antara lain melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dengan serentak meluangkan waktu 10 menit pada pukul 10.00 selama minimal 10 minggu setiap hari Minggu untuk melaksanakan 3M Plus, dan kegiatan lain untuk mencegah penularan infeksi dengue.
Inovasi lain yaitu vaksinasi, yang sementara ini bisa dilakukan secara mandiri. “Saat ini sedang dilakukan kajian dan rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk dapat digunakan pada program pengendalian dengue secara luas berskala nasional,” ujar dr. Ina.
Yang terakhir yaitu pemafaatan inovasi vektor berupa teknologi nyamuk Aides aegypti ber-Wolbachia, yang sudah terbukti efektif untuk pencegahan dengue. Kini tengah dilakukan pilot implementasi Wolbachia di lima kota/daerah (Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Tangerang, Kota Bontang, dan Kota Kupang), diperluas dalam skala nasional.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. “Indonesia merupakan pemimpin dalam memerangi dengue. Selama bertahun-tahun, Kementerian Kesehatan telah gencar melakukan kampanye 3M Plus, dan baru-baru ini tlah menambahkan langkah inovatif seperti Wolbachia dan vaksinasi. Untuk menuju target nol kematian akibat dengue pada 2030, kita hanya perlu mengintensifkan upaya ini bersama-sama, sehingga kita dapat mencapai target tersebut,” tuturnya.
Ia menambahkan, perusahaan-perusahaan dapat memainkan peran yang sangat penting dalam memerangi dengue melalui edukasi kepada para pekerjanya. “Juga dengan menerapkan 3M Plus di tempat kerja, serta memfasilitasi program vaksinasi bagi karyawan dan keluarga mereka,” tandas Andreas.
Jangan remehkan ancaman dengue pada dewasa. Terkena dengue di usia dewasa akan mengganggu produktivitas, yang bisa berdampak pada perekonomian keluarga. (nid)