membedakan nyeri haid biasa dan endometriosis

Diagnosa Endometriosis Kerap Terlambat 9-10 tahun, Bagaimana Membedakannya Dengan Nyeri Haid Biasa?

Nyeri saat menstruasi merupakan hal yang normal. Namun, apabila nyeri yang dirasakan sudah berlebihan dan mengganggu produktivitas sehari-hari, maka perlu diwaspadai. Sebab, bisa saja nyeri berlebih tersebut merupakan gejala endometriosis.

Endometriosis adalah penyakit inflamasi (peradangan) berupa tumbuhnya jaringan abnormal menyerupai endometrium (lapisan rahim bagian dalam) dan memicu reaksi peradangan.

Endometriosis diketahui dapat ditemukan pada 6 – 10% perempuan usia reproduktif. Nyeri dan/atau infertilitas merupakan gejala tersering yang dikeluhkan pasien, namun tidak jarang pula endometriosis muncul tanpa adanya gejala apapun.

Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, pendiri SMART IVF dan wakil direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Universitas Indonesia mengatakan, ”Endometriosis dapat menyebabkan keluhan nyeri haid kronik sehingga menghambat produktivitas perempuan dan bahkan mengganggu keharmonisan keluarga.“

Endometriosis juga merupakan salah satu penyebab gangguan kesuburan tersering pada pasangan yang belum memiliki keturunan. “Oleh karena itu, mengenali tanda-tanda endometriosis sejak dini merupakan sala satu kunci keberhasilan dalam penanganan kasus endometriosis yang sangat kompleks,“ jelas Prof. Iko, sapaan akrabnya dalam konferensi pers virtual, Senin (14/6/2021).

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K), MPH, Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi serta peniliti utama studi ENVISIOeN di Indonesia mengemukakan, setidaknya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia, serta 1 dari 10 perempuan di Asia, mengalami endometriosis.

“Sayangnya, sebagian besar pasien endometriosis di Indonesia mengalami keterlambatan penegakan diagnosis 9 -10 tahun. Dapat dikatakan, mereka sudah menderita endometriosis namun tidak mengetahuinya lebih awal,“ kata dr. Andon.

Merujuk pada data RSCM tahun 2010 – 2011, sebanyak 43.4% pasien endometriosis merasakan nyeri berat yang berakibat tidak dapat beraktivitas sehari–hari, 36.7% merasa nyeri derajat sedang dengan keterbatasan aktivitas sehari–hari, dan 20% pasien dengan nyeri derajat ringan.

Membedakan dengan nyeri haid biasa

Prof. Iko menjelaskan terdapat sejumlah gejala yang membedakan antara nyeri haid biasa dengan endometriosis.

Gejala utama yang membedakan nyeri endometriosis dengan nyeri normal saat haid adalah durasi sakit yang dirasakan. Selain itu, nyeri haid biasa umumnya tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari.

"Yang pertama, tentu harus diingat bahwa setiap haid itu seorang perempuan secara alami akan mengalami nyeri. Hanya perbedaannya, kalau nyeri menstuasi yang normal itu hanya terjadi satu hari saja, paling lama dua hari dan tidak mengganggu aktivitas," kata Prof. Iko.

"Kalau nyeri haid yang ditimbulkan oleh endometriosis umumnya bisa terjadi sebelum haid itu dia udah nyeri, pada saat haid semakin nyeri, sepanjang haid dia nyeri, sesudah haid dia juga nyeri. Dan dia mengganggu aktivitas dan rutinitas karena nyeri yang luar biasa," lanjutnya.

Gejala endometriosis lain berupa nyeri haid yang disertai nyeri pada bagian tubuh lain, nyeri saat berhubungan seks, nyeri ketika buang air kecil (BAK) atau besar (BAB).

Terapi dan pengobatan

Terapi endometriosis hingga kini prinsipnya terdiri dari 2 pilihan yaitu konservatif dan bedah. Setiap pilihan terapi memiliki indikasi yang berbeda, seperti usia pasien, ada atau tidak nya massa, serta pertimbangan keinginan untuk memiliki anak.

“Endometriosis dikatakan sebagai penyakit yang bergantung pada estrogen sehingga pengobatan yang diberikan salah satu pilihannya adalah menggunakan obat yang menekan hormon,” terang dr. Andon.

Pada sejumlah penelitian uji klinis, progestin dinyatakan sebagai terapi lini pertama. Dienogest telah diketahui bermakna mengurangi nyeri pelvis dan nyeri haid terkait endometriosis dengan dosis harian 2 mg.

Hal ini juga ditunjukan dari hasil studi ENVISIOeN oleh Pan Asia (dilaksanakan pada 887 pasien di 6 negara, termasuk di Indonesia) yang dilaksanakan selama 24 bulan menunjukkan, dienogest 2 mg bekerja efektif dalam mengurangi nyeri panggul akibat endometriosis sekaligus meningkatkan kualitas hidup perempuan Asia dengan endometriosis.  (jie)

Baca juga: Nutrisi Pereda Nyeri Endometriosis