Mengenal BLW, Metode MPASI yang Dijalankan Andien | OTC Digest

Mengenal BLW, Metode MPASI yang Dijalankan Andien

Dalam akun Instagramnya, penyanyi jazz Andien kerap memposting foto dan video putranya, Aksara Biru, makan sendiri tanpa disuapi. Kawa – panggilan sayangnya – yang baru berusia 7 bulan tampak begitu gembira memegang dan meremas-remas potongan sayur, buah, hingga daging, lalu memakannya dengan lahap. Ya, Andien memilih metode BLW (Baby- Led Weaning) sebagai MPASI (makanan pendamping ASI) untuk Kawa.

 “BLW adalah metode pemberian MPASI yang melewatkan bubur saring, langsung masuk ke makanan padat,” terang dr. Lucia Nauli Simbolon, Sp.A, dalam diskusi Plus Minus Baby Lead Weaning di Jakarta (04/09/2017). Pada BLW, setelah masa ASI eksklusif, bayi langsung diperkenalkan dengan finger food seperti sayuran kukus dan buah, yang dipotong memanjang sesuai kemampuan bayi menggenggam.

Dokter spesialis anak yang praktik di RSAB Harapan Kita ini menjelaskan, BLW sesungguhnya sudah lama ditemukan, sekitar 10 – 15 tahun lalu; dipelopori oleh Gill Rapley. Ide awalnya yakni konsep back to nature. Bayi dibiarkan memilih dan memegang makanannya sendiri, dan bukannya disuapi. Dengan cara demikian, bayi akan belajar mengenal rasa, warna, tekstur dan aroma makanan, serta mengatur sendiri kapan ia makan dan berhenti. Ditengarai, ini akan merangsangnya untuk menikmati makanan dan belajar tentang rasa lapar dan kenyang.

Lantas, bagaimana manfaat dan keamanannya? “Studi tentang BLW hingga saat ini sebatas studi observasional, yang menyebutkan bahwa BLW dapat membantuk pola makan sejak dini dan menjaga berat badan yang sehat,” tutur dr. Lucia. Namun, belum pernah dilakukan penelitian dalam skala cukup besar. Sebagai informasi, studi observasional adalah penelitian dengan kekuatan bukti yang paling rendah.

Dr. Lucia menegaskan, pemberian MPASI harus tepat waktu: tidak boleh terlambat atau terlalu cepat. Pemberiannya harus bertahap, karena menyesuaikan perkembangan fisik, oromotorik, kondisi saluran pencernaan, serta emosi anak. “Dari sisi kesiapan fisik misalnya refleks ekstrusi (melet) sudah jauh berkurang dan bisa menelan, kepala sudah tegak, sudah mampu duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan,” paparnya.

Dalam metode konvensional, MPASI awalnya berupa bubur saring (bukan diblender), sehingga masih ada teksturnya. Di usia 8 – 9 bulan baru mulai diberikan finger food. Alasannya, “Di usia 8 bulan kemampuan oromotor bayi sudah berkembang. Yakni lidah sudah bisa menggeser makanan ke kanan dan ke kiri, sehingga mengurangi risiko tersedak.”

Yang juga menjadi concern dari BLW yakni kecukupan nutrisi anak, utamanya zat besi dan protein, yang banyak terkandung dalam sumber pangan hewani seperti daging, ikan dan telur. Andien sudah membuktikan bahwa memberikan lauk hewani dengan BLW bukan mustahil. Ati ayam kukus, daging cincang, opor ayam hingga telur dadar, biasa ia berikan kepada Kawa. Namun kembali lagi, ibu perlu lebih memperhatikan agar tekstur daging/ayam sudah cukup empuk, jangan sampai bayi tersedak.

Kecukupan nutrisi juga menjadi perhatian drg Andria Diarti Sp.KGA, spesialis kedokteran gigi anak. Pertumbuhan gigi si kecil mulai terlihat di usia 6 bulan, di mana gigi susu pertama tumbuh di bagian depan. “Kemampuan mengungah makanan sangat terkait dengan pertumbuhan gigi, sehingga pengenalan makanan padat pertama pada anak sebaiknya dimulai dengan makanan lumat,” jelasnya.

Menurutnya, BLW memiliki dampak positif. “Memberikan makanan bertekstur bisa merangsang pertumbuhan gigi dan mendtimulasi lengkung rahang,” ujarnya. Dengan lengkung rahang bertambah, maka tempat tumbuh gigi makin luas sehingga gigi mudah tumbuh. Namun di sisi lain, kecukupan nutrisi tetap harus diperhatikan agar gigi tumbuh dengan optimal. “Terutama untuk kebutuhan kalsifikasi makhota gigi yang membutuhkan zat gizi  terutama kalsium,” tegas drg. Andria. 

Metode MPASI apa yang ingin dipilih, sepenuhnya merupakan hak prerogatif orang tua. Namun karena belum ada bukti yang kuat, “Kami dokter anak berpandangan bahwa dalam pemilihan metode pemberian MPASI, kita sebaiknya berpedoman pada panduan WHO dan IDAI yaitu ASI eksklusif 6 bulan dan setelah dimulai dari pemberian makanan lunak, dan kemudian secara bertahap makanan kasar dan diharapkan di usia 1 tahun anak sudah siap dengan makanan seperti orang dewasa,” jelas dr. Lucia.

Ia menambahkan, pemberian MPASI dengan metode konvensional bukan berarti anak disuapi. Makanan dikukus seperti biasa, dengan sedikit tambahan air lalu disaring. Dudukkan anak di kursi makan, lalu letakkan mangkuk berisi makanan dan sendok. Biarkan ia belajar memegang sendok dan memasukkan makanannya sendiri ke mulut. “Ibu duduk di hadapannya dan makan bersama, agar anak bisa belajar cara menyendok makanan,” tandas dr. Lucia. (nid)