Orangtua umumnya senang kalau anak banyak makan. Namun, hati-hati kalau anak menunjukkan sinyal 3 P. Selain banyak makan (polifagi), anak juga banyak minum (polidipsi) dan banyak buang air kecil (poliuri). Sinyal 3 P ini bisa jadi adalah gejala awal diabetes.
Kasus diabetes pada anak, cukup mengkhawatirkan. American Diabetes Association 2010 mencatat, 1 dari 400-600 anak di bawah 20 tahun menderita Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dan DM 2. Satu dari 6 remaja gemuk usia 12-19 tahun menderita prediabetes.
Di Indonesia sendiri, “Diperkirakan ada 240 kasus baru DM tipe 1 tiap tahun,” ujar Prof. Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). DM1 terjadi karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin sebagaimana mestinya. Alhasil, gula tidak bisa masuk ke sel, sehingga kadarnya dalam darah tinggi. Ini adalah kondisi bawaan, dan anak mutlak membutuhkan suntik insulin seumur hidup.
DM2 pada anak
DM1 disebut juga juvenile diabetes atau DM tipe anak, karena munculnya di usia anak-anak. Namun, anak ternyata juga bisa mengalami diabetes tipe d (DM2), khususnya anak yang gemuk atau obes. “Pernah ditangani anak usia 8 tahun sudah kena diabetes tipe 2,” ujar Prof. Aman.
Obesitas berisiko pada gangguan kelenjar pankreas, yang memproduksi insulin. Insulin bertanggungjawab mempertahankan kadar gula darah yang tepat, mengangkut gula ke dalam sel sehingga menghasilkan energi, atau disimpan sebagai cadangan energi.
Obesitas juga mempengaruhi organ lain. Saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang menopang tubuh yang berat, telapak kaki rata, perlemakan hati, dan penderita merasa minder. Yang paling parah adalah komplikasi jantung.
“Jika pada anak gemuk didapati leher bagian belakang, ketiak atau ruas jari kehitaman berarti ada risiko diabetes,” jelas Prof. Aman. Selain kegemukan, anak berisiko diabetes karena fantor gen yakni ada riwayat diabetes dalam keluarga.
Diet
Tidak semua anak obesitas akan menjadi diabetes. Kadar gula darah tinggi, bisa kembali normal dengan perbaikan pola hidup. Yaitu, mengurangi makan manis, olahraga dan cukup tidur. Kadar normal gula darah adalah: gula darah puasa <100 mg/dL, dan gula darah sewaktu <140mg/dL.
Diet untuk anak berbeda dengan orang dewasa, karena anak masih dalam masa tumbuh kembang dan memerlukan gizi seimbang. ”Anak bukan tidak boleh makan, tapi makannya dikendalikan,” ujar Prof. Aman.
Rerata kalori yang dibutuhkan anak usia 1-3 tahun, menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), adalah 1.000 kkal dan kebutuhan protein 25g. Untuk anak usia 4-6 tahun 1.550 kkal dan protein 39g. Usia 7-9 tahun, perlu kalori dan protein masing-masing1.800 kkal dan 45g. Umur 10 tahun, 2.050 kkal dan 40g protein.
Bila jajan, pilih yang bergizi. Cukupi kebutuhan akan camilan sehat di rumah seperti, buah-buahan atau rebus-rebusan. Dampingi anak saat nonton TV. Beri pengertian bahwa makanan/minuman yang diiklankan tidak selalu bermanfaat dan perlu dicoba. Jangan lengah, kenali sinyal 3 P pada anak. (jie)