Kenali Penyebab Picky Eating | OTC Digest

Kenali Penyebab Picky Eating

Anak susah makan atau hanya mau menyantap makanan yang itu-itu saja , alias picky eating jamak dialami orangtua. Kenali penyebabnya sehingga dapat mengatasi masalah picky eating pada anak.

Masalah ini mulai muncul selepas masa ASI eksklusif dan mencapai puncaknya di usia 5 tahun. Penelitian menunjukkan, anak picky eater cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah dibanding anak normal. Demikian juga dengan kemampuan kognitifnya. Perkembangan mental anak yang sulit makan, lebih rendah dibanding anak yang makannya normal. Gejala lain yang terlihat, pada usia sekolah anak sulit konsentrasi saat belajar.

Penyebabnya beragam, mulai dari adanya masalah di saluran cerna (sariawan, kram usus, dll), jumlah dan jenis makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, sampai kondisi lingkungan saat interaksi makan yang tidak menunjang.

“Sebanyak 33 % anak Indonesia usia di bawah 5 tahun susah makan. Makan adalah sebuah proses belajar, seperti halnya mengangkat kepala, duduk dan berjalan. Untuk membuat anak bisa dan mau makan, peran pengasuh sangat vital,” tukas dr. Aryono Hendarto, SpA(K), spesialis metabolisme dan nurtisi anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Dan menurut dr. Tjhin Wiguna SpKJ (K), psikiater anak dari RSCM, “Makan bukan hanya masalah gizi, tapi juga sumber interaksi sosial antara anak dengan pengasuh. Di sana, ada penyaluran emosi dan kehangatan. Adanya pemaksaan waktu makan, membuat emosi anak tidak berkembang baik.”

Kegagalan mengembangkan hubungan yang aman antara ibu-anak, membuat anak berperilaku menghindar ketika makanan diberikan. Bila hal ini direspon ibu dengan marah/ memaksa, anak cenderung membalas dengan menolak bahkan mengamuk.

“Ini karena anak merasa tidak nyaman/ aman. Baru mendengar ibu menyiapkan makan saja, dia sudah ngamuk. Dia bisa berpikir, daripada saya makan dan membuat mama marah, lebih baik tidak makan,” kata dr. Tjhin.

Pikiran yang salah menjadi penyebab perilaku susah makan bertambah buruk. Kebanyakan orangtua merasa, apa yang diberikan dalam satu piring harus dihabiskan. Padahal, normal anak hanya menghabiskan sepertiga isi piring. Perut anak masih kecil, sehingga ia cenderung makan dalam porsi sedikit tapi sering. 

“Anak punya hak untuk memilih, kapan dan berapa banyak yang dimakan. Batasi waktu makan hanya 30 menit. Kalau sudah tidak mau, lanjutkan pada waktu makan berikutnya. Ini karena kalau sudah lebih dari setengah jam, berarti ia mengemut makanan,” kata dr. Aryono.

Agar anak mau, makan orangtua perlu menjadi contoh pola makan yang benar. Duduk bersama memakan makanan yang sama, melakukan eye contact, ditempatkan dalam tatanan yang menarik. “Jangan semuanya diblender, ada sayuran, ada lauk sampai warnanya coklat kehijauan. Jelas anak tidak selera, walaupun itu full nutrisi,” katanya.

Jauhkan gangguan yang dapat memecah perhatian seperti televisi atau mainan saat proses makan berlangsung. Berikan pujian, saat anak mau menyantap makanannya. (jie)