Katarak Ganggu Penglihatan Anak, Orangtua Sering Tidak Sadar | OTC Digest

Katarak Ganggu Penglihatan Anak, Orangtua Sering Tidak Sadar

“Aku tidak mau sekolah!” ujar Muh. Arham Januar Mubarok (13 tahun). Arham bukan ABG yang nakal, pemalas atau pembuat ulah. Kata-kata itu terlontar, lebih sebagai “protes” , atas masalah pada matanya. Ia malu dan sangat terganggu karena tidak bisa melihat jelas tulisan di papan tulis. 

Ungkapan Mata adalah jendela dunia”, mewakili kondisi Arham. Ia menderita katarak. Sepertinya sejak bayi, namun tidak terdeteksi. Arham kian  mengeluhkan kondisi matanya dua tahun ke belakang. Dalam dunia medis, katarak yang dialami Arham disebut katarak kongenital /infantil.

Ny. Sukaesih (49 tahun), sang ibu, tidak ngeh jika anaknya mengalami katarak. Ia tidak paham jika katarak, yang biasanya menyerang lansia (orang lanjut usia), dapat terjadi pada anak-anak, bahkan bayi.

“Tidak ada bintik putih di matanya. Baru kemarin pas dilihat dengan alat, dokter  melihat ada bintik putih di pupil mata Arham,” ujar ibu yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat ini.

Ny. Sukaesih sudah menduga ada yang tidak beres, ketika Arham berusia 3 bulan. Kedua mata  Arham terus menerus berair. Dokter memberi obat tetes mata. Setiap kali obat tetes diberikan, Arham tidak mau makan.  “Saya teteskan ke mata saya, rasanya pahit di tenggorokan. Saya pindah ke dokter lain,” imbuhnya.

Keluhan mata berair kadang muncul, kadang hilang. “Kami pikir, ini hanya masalah mata biasa,” papar sang ayah, Sohirin.

Kejadian ini berlangsung hingga Arham masuk sekolah. Kondisi Arham makin serius di kelas 4 SD. Arham yang duduk di bangku belakang, tidak bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas. “Duduk di depan dia malu, karena badannya gede,” terang si ibu. Kerap sakit kepala, Arham dibawa ke optik. Siapa tahu butuh kacamata. Pakai kacamata, mata Arham semakin berair. Ia kembali dibawa ke dokter mata. Tidak ditemukan, sampai akhirnya Arham berkata, “Aku tidak mau sekolah lagi.”

Menjelang Idul Fitri, dan Arham sudah kelas 6 SD, dibawa mudik ke di Tegal. Dokter mata di sana mengatakan, anak itu menderita katarak. Untuk penanganan pertama, dokter memberi obat tetes dan vitamin mata. Ternyata tidak banyak membantu.

Masalah Arham diceriterakan kepada pihak sekolah dan para guru merasa prihatin. Meski mengalami gangguan penglihatan, Arham selalu  peringkat 1 di kelas. Melanjutkan ke pondok pesantren, kepala sering sakit jadinya sering tidak masuk.

Kata dokter, satu-satunya cara untuk menyembuhkan mata Arham adalah operasi katarak. Sampai dua tahun operasi belum dapat dilaksanakan. ”Kami nggak punya uang,” papar Sukaesih yang berprofesi sebagai pedagang kelontong. Diperoleh informasim, akan ada operasi katarak gratis di Rumah Sakit Jakarta Eye Center (JEC), Kedoya, Jakarta Barat. Pada 24 April 2015, katarak di mata kanan Arham dioperasi. Disusul operasi pada mata kiri, setelah kondisi mata kanan stabil.

 “Operasi katarak pada anak, dapat dilakukan ketika diameter bintik putih di pupil mata melebihi 3mm,” ujar dr. Ni Retno styoningrum, SpM(K), MMedEdu, dari RS Jakarta Eye Center, Kedoya, yang mengoperasi Arham.

“Ketika Arham datang, kataraknya sudah masuk ke bagian belakang lensa. Kemampuan melihatnya sekitar 20% orang normal,” ujarnya.  Wwalau kondisi kataraknya parah, tidak ada bintik putih di pupil mata Arham. Setelah operasi katarak mata kanan, kemampuan penglihatan meningkat menjadi 40%.

Operasi akan bertahap, tidak bisa kedua mata sekaligus dioperasi untuk menghidari infeksi di kedua mata. “Risiko infeksi selalu ada. Jangan sampai kalau infeksi, kedua mata kena,” paparnya.

Setelah kedua mata dioperasi, fungsi penglihatan Arham bisa 80%. Ia perlu terapi lanjutan untuk melatih otot-otot matanya. “Kita lihat juga, apakah Arham nanti perlu kacamata.” 

Prosedur operasi karatak pada anak, pasien lebih dulu diperiksa dokter anak, untuk menilai kondisi kesehatannya secara umum, apakah mungkin dilakukan bius total.  Pada pasien bayi atau anak, biasanya dilakukan pengukuran lensa saat dibius total. “Pada anak yang lebih besar seperi Arham, pengukuran lensa yang akan ditanam bisa dilakukan sebelum operasi, saat ia masih sadar.” 

Untuk menghindari infeksi pasca-operasi, dianjurkan mata tidak terkena air minimal 3 hari. Mandi sebatas leher, cuci muka menggunakan washlap. Selama masa penyembuhan, sebaiknya pakai kacamata, dan saat tidur gunakan penutup mata supaya tidak dikucek-kucek.”  

“Sekarang, saya sudah bisa melihat lebih jelas,” papar Arham. (jie)