Ibu HIV bisa Menyusui | OTC Digest

Ibu HIV bisa Menyusui

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ibu HIV tidak menyusui bayinya, karena virus HIV bisa menular lewat ASI (air susu ibu). Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sekitar 16%. Namun riset di Afrika Selatan menunjukkan, kombinasi ASI eksklusif dan pengobatan dengan ARV, bisa mengurangi transmisi (penularan) melalui ASI secara signifikan. Berdasarkan data ini, WHO membuat rekomendasi baru: ibu HIV atau bayinya perlu mengonsumsi ARV selama periode menyusui, atau sampai bayi berusia 12 bulan.

Yang penting, jangan mengombinasi ASI dengan susu formula. “ASI akan mengisi lubang-lubang di usus, susu formula membuat luka di usus,” terang dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K) darai RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). ASI mengandung HIV yang dikombinasi dengan susu formula, “Virus dalam ASI bisa masuk ke usus yang terluka. Risiko penularan HIV meningkat.”

Sejak awal, putuskan apakah bayi akan diberi ASI saja atau susu formula saja. Bila ingin kombinasi, berikan ASI eksklusif selama 6 bulan, lanjutkan dengan susu formula. “Jangan dibalik, susu formula dulu baru ASI karena usus bayi sudah telanjur luka-luka,” ucap dr. Rosalina. Riset menemukan, pemberian ASI eksklusif 6 bulan berkaitan dengan 3-4x lipat penurunan transmisi HIV, ketimbang bila bayi mendapat ASI tapi juga mendapat susu formula atau makanan lain.

Hati-hati bila ingin memberikan ASI donor dari ibu lain. Calon pendonor harus diskrining dulu, untuk memastikan ia tidak memiliki virus HIV dan berbagai penyakti lain, yang bisa ditularkan melalui ASI.

Di RSCM ada penyimpanan ASI donor, tapi khusus pasien dan digunakan untuk terapi, “Diberikan pada bayi yang belum bisa mendapat ASI dari ibunya, untuk menumbuhkan vili-vili usus.” Vili adalah lekukan seperti rambut di usus halus,yang memfasilitasi penyerapan nutrisi. Bila bayi langsung diberi susu formula, ususnya bisa luka dan buang air besar (BAB) berdarah. (nid)