Camilan Bergizi Bebas Karies | OTC Digest

Camilan Bergizi Bebas Karies

Cokelat atau kue tart, anak kecil mana yang akan menolak. Dengan girang anak-anak akan melahapnya. Tapi tahukah Anda jika camilan manis menyebabkan gigi berlubang? Memilih camilan yang tepat mampu menghindarkan anak-anak dari bahaya gigi berlubang.

Karies alias gigi berlubang masih menjadi masalah gigi dan mulut terbanyak di Indonesia. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menyatakan 53,2 % masyarakat Indonesia usia 15 tahun ke atas menderita gigi berlubang.

Pada usia anak, gigi berlubang berdampak pada banyak hal, seperti menurunnya nafsu makan, sakit gigi menyebabkan tidur terganggu, peforma sekolah tidak maksimal, dll.

Pilihan camilan yang salah menjadi salah satu penyebab munculnya karies. “Mengosumsi camilan yang manis dan lengket dalam 2 menit akan menurunkan keasaman mulut < 5,5, dan bertahan hingga 1 jam setelahnya,” kata drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., dalam acara peluncuran Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2017, di Plataran Menteng, Jakarta (5/9).

Kebiasaan ngemil yang salah membuat keasaman gigi senantiasa rendah. Berisiko menyebabkan mineral (email) gigi terkikis; mengakibatkan terjadinya gigi berlubang.

Nielsen Global Snacking Survey 2014 menyatakan 79% camilan dibeli dengan alasan memenuhi keinginan akan rasa dan tampilan, 65% dilakukan spontan karena ingin mencoba camilan baru.

“Terjadi peningkatan konsumsi camilan di negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia sebesar 4% per tahun. Sayangnya camilan yang paling banyak dikonsumsi adalah makanan manis dan lengket, seperti cokelat, pastry dan biskuit,” ujar Leona Victoria Djajadi, MND., pakar gizi keluarga.

Perlu dipahami, camilan adalah bagian pola makan, baik pada anak atau dewasa. Ngemil adalah waktunya memasukkan gizi ke tubuh. Sehingga perlu memilih camilan yang tepat dan sehat. Camilan yang dianjurkan adalah makanan bertekstur, berserat, mengadung kalsium, mineral, vitamin dan rendah gula.

“Pilih buah. Atau, susu dan produk turunannya seperti keju banyak mengandung kalsium dan fosfat yang mampu mengembalikan mineral gigi yang hilang. Atau pilih produk-produk berbasis kacang kedelai karena tinggi serat,” tambah Leona.

Bagaimana dengan camilan gurih/asin? Leona menjelaskan, camilan-camilan tersebut biasanya dibuat dengan bahan dasar karbohidrat olahan, seperti kerupuk, keripik, dll. Karbohidrat akan diproses menjadi gula yang adalah sumber makanan bakteri mulut, sehingga tetap berisiko menyebabkan karies.

Waktu yang dianjurkan untuk snacking adalah satu jam sebelum, atau dua jam sesudah makan besar. Ditambahkan, camilan yang bertekstur dan tidak gampang lumer mengharuskan anak untuk menguyah.

“Ini akan merangsang keluarnya air liur yang mampu menetralkan keasaman mulut, mineral gigi tidak gampang terkikis,” tutur drg. Mirah. Mengasah kemampuan mengunyah sama dengan melatih otot-otot oromotor; yang bertanggungjawab pada kemampuan wicara anak. (jie)