ASI Donor, Hati-hati | OTC Digest

ASI Donor, Hati-hati

ASI (air susu ibu) adalah makanan terbaik untuk bayi. Bila ibu tidak bisa memberikan ASI, pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan memberi si kecil ASI donor dari ibu lain. Beberapa virus bisa ditularkan melalui ASI, seperti hepatitis B dan C dan HIV. “ASI dari ibu sendiri tidak masalah, karena bila ibu menderita hepatitis C, bayinya sudah mendapat antibodi dari ibu; kemungkinan tertular kecil,” papar dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K) darai RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Di Amerika Serikat, syarat untuk mendonorkan ASI sangat ketat. Calon pendonor menjalani skrining kesehatan dan pola hidupnya. Rekam medisnya dinilai, menjalani tes darah untuk HIV, HTLV (Human T Lymphotrophic Virus), hepatitis B dan C, serta sifilis.

Bila ibu lolos skrining, ASI dikumpulkan, dipasteurisasi dan dikultur untuk dilihat, apakah ada kuman di dalamnya. “Kalau ada, ASI tidak boleh digunakan. Rumit dan ketat, untuk mencegah penularan penyakit,” tegas dr. Rosalina.

Pemberian ASI yang tanpa skrining dilarang. Ibu yang ingin mendapat ASI donor, membayar US$ 2,5 untuk mengganti biaya skrining. “Sedih, di Indonesia ada yang ‘menjual’ ASI, padahal tidak melalui proses skrining,” imbuhnya.

Mengambil ASI dari banyak pendonor  risiko si kecil kena penyakit meningkat. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) bisa memfasilitasi permintaan ASI donor. Kita harus kenal pendonor dan anak-anaknya. Sesuai ajaran Islam, dilarang menikah dengan saudara sesusuan.

Di Indonesia belum ada pemeriksaan untuk HTLV. Menyimpan ASI di freeer dengan suhu -20oC akan mematikan virus ini dan CMV (Cytomegalovirus). Lakukan pasteurisasi sebelum ASI donor diberikan. Bisa dengan cara sederhana. Panaskan air 450 ml hingga mendidih, matikan kompor, rendam ASI yang disimpan dalam botol kaca tertutup selama +20 menit, dan ASI siap diminum. Bila tidak habis, ASI sebaiknya dibuang; jangan disimpan lagi untuk digunakan lain waktu. “Kalau bisa, jangan menerima ASI yang tanpa skrining dan tanpa pasteurisasi. Berbahaya,” pungkas dr. Rosalina. (nid)

Baca juga:IBU HIV BISA MENYUSUI