Penderita diabetes termasuk kelompok risiko tinggi mengalami gejala berat COVID-19. Apakah COVID-19 juga akan memperburuk status diabetes mellitus tipe 1 (DM1) masih menjadi perdebatan para ahli.
Diabetes tipe 1 merupakan penyakit kelainan autoimun, bukan karena keturunan. Terjadi kerusakan sel beta pankreas yang menyebabkan tubuh kekurangan insulin secara permanen. Data mencatat 80% diabetes anak adalah tipe 1.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 memperkirakan kejadian DM1 sekitar 0,3 per 100.000 anak/tahun, atau 240 kasus baru/tahun. Terjadi peningkatan drastis kasus DM1 anak dari 156 (2009) menjadi 1038 (2015).
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.), menyampaikan, “Pada tahun 2018, jumlah populasi anak di Indonesia diperkirakan mencapai 79 juta jiwa. Meski demikian, IDAI mencatat hanya 1.249 anak Indonesia yang terdiagnosis dengan DM1 selama periode 2017-2019,” katanya.
Baca: Anak Sering Ngompol, Waspadai Diabetes
Hingga saat ini tidak ada bukti yang meyakinkan bila COVID-19 menyebabkan penyakit autoimun atau menyebabkan kerusakan sel beta pankreas. Juga tidak terbukti badai sitokin yang banyak terjadi di pasien COVID-19 lain juga merusak cadangan sel beta pankreas.
Dalam jurnal medis Diabetes Care dijelaskan penderita diabetes tipe 1 tidak punya risiko lebih tinggi untuk terinfeksi COVID-19. Umumnya penderita DM1 memiliki gejala serupa dengan populasi umum.
Namun, pada penderita DM1 dewasa yang terinfeksi COVID-19 terjadi peningkatan risiko mengalami sakit berat. Beberapa gejala khas COVID-19 seperti mual/muntah, sesak napas, sakit perut dapat menutupi kejadian ketoasidosis diabetik (KAD).
KAD merupakan kondisi kegawatan (komplikasi) dalam DM1 yang bisa berakibat kematian. Gejala ketoasidosis lainnya antara lain frekuensi buang air kecil meningkat, kelelahan, mual dan muntah, napas cepat dan dalam, linglung, penurunan kesadaran hingga koma.
Riset di Perancis (the CORONADO study) menunjukkan pasien diabetes tipe 1 berusia tua yang terinfeksi COVID-19 berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi dan kematian. Risiko pada penderita DM1 yang lebih muda mengalami komplikasi lebih kecil.
Diantara pasien COVID-19 yang berusia <55 tahun, hanya 12% di antara mereka dengan DM1 meninggal atau membutuhkan bantuan pernapasan, dibandingkan dengan 30% individu dengan diabetes tipe 2.
Riset di AS yang mengombinasikan antara penderita DM1 dan DM2 menemukan bila derajat keparahan penyakit naik dua kali lipat untuk setiap 25 tahun peningkatan usia.
Namun belum ada bukti yang menunjukkan penderita diabetes tipe 1 anak/orang muda mempunyai risiko kematian atau kesakitan yang lebih tinggi, termasuk risiko dirawat di rumah sakit, dibanding orang sehat bila terinfeksi COVID-19.
Tetap bisa vaksinasi
Prof. Aman menjelaskan anak dengan diabetes tipe 1 yang terkontrol tidak perlu ragu untuk mendapatkan vaksin COVID-19. IDAI telah menerbitkan surat rekomendasi vaksinasi untuk anak yang mengidap diabetes tipe 1.
"Tidak masalah. Tidak ada kontraindikasi untuk mereka (anak-anak dengan diabetes tipe 1 terkontrol). Jadi, jangan ragu untuk pergi ke pusat vaksinasi dan dapatkan suntikan (vaksin)," kata Prof. Aman jumpa pers virtual di peluncuran program Changing Diabetes® in Children di Indonesia, Senin (30/8/2021).
Mengutip diabetes.org.uk ada kemungkinan vaksinasi meningkatkan gula darah sebagai bentuk respons imun.
“Ini tidak perlu dikhawatirkan. Tubuh Anda hanya bereaksi terhadap vaksin karena vaksin itu baru bagi tubuh Anda. Tubuh membutuhkan energi untuk menghasilkan resposn kekebalan ini, sehingga melepaskan beberapa glukosa ekstra. Inilah yang menyebabkan gula darah Anda meningkat,” tulisnya. (jie)