Pasar Tanah Abang, Jakarta, dipadati pengunjung hari Sabtu 1 Mei 2021 yang lalu. Pengunjung yang akan belanja pakaian Lebaran berdesak-desakan, padahal kita masih dalam masa pandemik Covid-19. Pengunjung umumnya memakai masker, tapi tidak bisa menjaga jarak sesuai protokol kesehatan.
“Masker bermanfaat saat kita berada di tempat atau ruangan di mana masih ada jarak aman, sekitar 2 meter dari orang lain. Masker kurang bermanfaat kalau kita berada di tengah kerumunan,” tutur Prof. Peter Gulick, pakar penyakit menular dari Michigan State University, seperti dikutip HuffPost. "Masker tidak bisa menggantikan protokol jaga jarak."
Padatnya pengunjung ke pasar Tanah Abang, Jakarta, cukup mengagetkan. Menurut Sekretaris Pemprov DKI Jakarta Marullah Matali, jumlah pengunjung ke Pasar Tanah Abang pada hari Sabtu itu, “Hampir 200 persen dari kapasitas normal.” Informasi itu, kata Marullah, diperoleh dari Direktur Pasar Jaya saat apel di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Minggu 2 Mei 2021.
Membludaknya pengunjung ke Pasar Tanah Abang, membuat petugas -- khususnya petugas Satgas Penanganan Covid-19, kewalahan. "Sangat banyak pengunjung yang mau berbelanja. Sudah ada petugas Gugus Tugas Covid-19, tapi mereka kewalahan karena jumlahnya tidak seimbang dengan jumlah pengunjung," kata Marullah.
Tidak mau ambil risiko, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta cepat mengambil langkah. Bersama aparat gabungan TNI-Polri, dilakukan penegakan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 di Pasar Tanah Abang dan sekitarnya.
Banyak pihak mengkuatirkan akan terjadi kluster penularan Covid-19 di pusat perbelanjaan. Bukan hanya di Pasar Tanah Abang, yang sudah dikenal sampai Afrika, yang dibanjiri calon pembelanja. Mendekati hari Idul Fitri 1 Syawal 1442H – diperkirakan jatuh hari Kamis 13 Mei 2021 – pasar dan pusat-pusat perbelanjaan di banyak kota, semakin ramai dipadati pengunjung.
“Kita punya potensi akan terjadi lonjakan kasus Covid-10. Apalagi ada varian baru,” papar Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi. Lonjakan kasus Covid-19 sudah terjadi di India, Turki dan Jepang. Di India total tercatat ada 18,3 juta kasus; terjadi penambahan 380.000 kasus baru/hari, dan jumlah kematian 200.400/hari. Di Jepang, hari Kamis 29 April lalu ada 1.000 kasus; jumlah terbanyak selama 3 bulan terakhir.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo tak kalah kuatir. Ia meminta agar kepala daerah mengantisipasi makin ramainya pusat-pusat berbelanjaan menjelang Lebaran di sejumlah kota besar. "Jangan sampai pasar dan pusat perbelanjaan menjadi klaster baru," ujar Doni dalam rapat koordinasi penanganan Covid-19 secara virtual, yang ditayangkan Pusdalops BNPB, Minggu 2 Mei 2021.
Doni berharap para kepala daerah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Di DKI Jakarta, katanya, Gubernur Anies Baswedan, Pangdam Jaya dan Kapolda Metro turun ke lapangan untuk mengantisipasi kerumunan di pusat perbelanjaan. “Antisipasi perlu untuk menghindari penularan Covid-19. Yang perlu diingat, Covid-19 ditularkan bukan lewat hewan, tetapi lewat manusia," ujar Doni.
Masker tidak 100 melindungi
Para pengunjung yang memadati Pasar Tanah Abang, hampir semuanya memakai masker. Masalahnya, pakai masker saja tidak cukup. Protokol kesehatan mensyaratkan untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan. Masker tidak menjamin dapat mencegah terkena Covid-19. “Memakai masker bukan alasan untuk mengesampingkan protokol kesehatan yang lain: menjaga jarak minimal 2 meter dan menghindari kerumunan. Masker tidak bisa menggantikan protokol jaga jarak," kata Prof Peter Gulick, spesialis penyakit menular dari Michigan State University, AS.
Setidaknya, ada 4 alasan, seseorang masih bisa terpapar Covid-19 meski sudah memakai masker di tengah kerumunan. Pertama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyatakan, semua wajib pakai masker, karena 50 persen lebih orang dengan virus corona tidak menunjukkan gejala. Semua orang harus bersikap, seolah sudah terpapar virus. Memakai masker dapat mencegah penularan virus.
Kedua, tidak semua masker efektif mencegah penularan. Masker dari bahan kain yang tidak sesuai standar, tidak dapat memberi perlindungan yang meyakinkan," ujar seorang penyedia layanan darurat di Los Angeles. Masker pastinya juga tidak melindungi mata. Padahal, penularan virus bisa lewat mata. Disamping itu, partikel-partikel Covid-19 sangat kecil dan dapat menerobos masker, termasuk masker medis yang longgar.
Ketiga, banyak yang memakai masker dengan cara yang salah. Misal, ukuran masker tidak pas. Atau sering menurunkan masker ke dagu. Hal ini memperbesar risiko tertular, terlebih kalau berada di tengah kerumunan. "Memakai masker tapi tidak sampai menutupi mulut dan hidung, tidak memberi manfaat apapun," kata Dr. Amesh A. Adalja, MD, pakar penyakit menular dan peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security, AS.
Keempat, hanya memakai masker tidak bisa melindungi diri dari penularan Covid-19. Kita perlu menerapkan protokol kesehatan yang lain, yaitu jaga jarak dan menghindari kerumunan. Tidak menjaga jarak membuat kita rentan terpapar.
Agar tidak terjadi kekacauan seperti di India, Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi menyatakan, “Perlu ketat menjalankan protokol kesehatan. Batasi pergerakan, hindari kerumunan. Keluar rumah hanya kalau ada keperluan penting. Bekerja, belajar dan beribadah bisa dilakukan di rumah.” (sur)