Seseorang yang berkunjung ke dokter atau klinik tentunya berharap agar sakitnya segera sembuh. Tapi juga pasien juga berisiko tambah sakit jika ia mendapatkan kuman dari pasien lain yang berkunjung ke dokter atau klinik tersebut. Bisa juga bakteri didapatkan dari stetoskop si dokter.
Dr. Didier Pitter, Direktur dari Infection Control at University of Geneva Hospital, Swiss menjelaskan, stetoskop adalah layaknya kepanjangan tangan si dokter sendiri, yang bisa menjadi perantara transmisi bakteri dari pasien ke pasien lainnya.
The Center for Disease Control (lembaga pengawasan penyakit di Amerika Serikat) memperkirakan dalam tiap hari, satu dari 20 pasien mendapatkan infeksi setelah mendapatkan perawatan medis. Antara 30-40% infeksi tersebut terjadi melalui peralatan rumah sakit yang bersinggungan dengan pasien.
Sejauh ini panduan yang ada adalah merekomendasikan semua dokter mencuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung ke pasien. Namun, tidak ada mandat bahwa peralatan medis sederhana seperti stetoskop juga harus dicuci menggunakan disinfectant setelah sekali penggunaan.
Untuk itu penelitian dilakukan. Peneliti melihat bakteri dari ujung jari, telapak tangan dan stetoskop pada tiga dokter yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan fisik standar pada 83 pasien di Swiss Hospital. Tes dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri yang terus hidup, atau memiliki potensi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
MRSA adalah bakteri yang ketika menyebabkan infeksi tergolong berbahanya, dan sulit ditangani dengan standar antibiotik.
Ujung –ujung jari adalah yang paling terkontaminasi. Bagian stetoskop yang menyentuh kulit pasien didapati dua kali lebih banyak mengandung bakteri dibanding telapak tangan. Stetoskop lebih banyak terkontaminasi MRSA dibandingkan bagian tangan lain.
Sang peneliti mengakui bahwa studi ini dalam skala kecil dan mungkin tidak sesuai dengan metode perawatan kesehatan di tempat lain. Kecuali untuk MRSA, mereka tidak mereka tidak memisahkan bakteri jahat dan baik
“Bahwa bakteri ditemukan dalam stetoskop itu tidak mengejutkan”, ujar dr. Didier Pittet, yang juga pemimpin penelitian. Ia membersihkan stetoskopnya dengan alkohol tiap kali habis memeriksa pasien.
“Tapi kebanyakan dokter tidak,” tambahnya, “Kita tidak punya solusi mudah. Mungkin ini saatnya kita punya satu stetoskop per pasien, paling tidak di ICU. Tapi ini menjadi tidak praktis di rumah sakit dengan banyak pasien.
Menurut Gonzalo Bearman, epidemiologis dari Virginia Commonwealth University, solusinya cukup sederhana : dokter dapat menggunakan alkohol untuk membersihkan peralatan mereka, atau menggunakan penutup yang dapat diganti. Walau begitu, Bearman mendapati banyak dokter yang tidak melakukannya. (jie)