Pemerintah kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali untuk yang ketiga kalinya, mulai berlaku 23 Februari – 8 Maret 2021. Ini berarti sebagian besar kegiatan masih harus dilakukan di dalam rumah.
Rumah bisa menjadi penunjang sarana aktivitas yang layak jika termasuk rumah yang sehat. Menurut Dinkes (2005), salah satu kriteria rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
Selain itu juga harus memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah meliputi penyediaan air bersih, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari.
Tetapi masalahnya, walau ruangan tampak bersih, tidak berarti bebas polusi udara. Udara yang kita hirup bisa mengandung partikel debu, kuman, virus atau zat racun lainnya.
Environmental Protection Agency (EPA) mencatat polusi udara di dalam ruangan bisa 2-5 kali lebih tinggi dibanding luar ruangan; dan di beberapa negara bertambah buruk saat diberlakukan lockdown.
Antara awal Maret hingga akhir Mei 2020, Airthings – produsen alat pemonitor kualitas udara di Norwegia – menemukan tingkat karbon dioksida dan partikel udara (senyawa organik volantil / VOC) meningkat 15-30% di lebih dari 1000 rumah di berbagai negara Eropa.
Demikian pula data yang dikumpulkan oleh Dyson – alat pemurni udara – di 11 kota di empat benua, menemukan tingkat VOC dan nitrogen dioksida (NO2) meningkat signifikan sejak lockdown.
Estri S.Si, Apt, Consumer Healthcare dari Menarini Indonesia, mengatakan situasi pandemi memaksa kita menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. “Kita beraktivitas 90% di dalam ruangan. Dan faktanya polusi di dalam ruangan ternyata 2-5 kali lebih banyak daripada di luar ruang,” katanya dalam webinar apotek, berjudul Si Botol Mungil Untuk 2021 yang Ekstra, Selasa (23/2/2021).
Akibatnya kita rentan mengalami bersin, gatal (di hidung, mata, telinga, langit-langit mulut), hingga hidung tersumbat. Bahkan bisa menyebabkan sakit kepala dan telinga, mata merah, kelelahan dan mengantuk sepanjang hari.
Ada beberapa jenis partikel yang paling mematikan, termasuk nitrogen oksida dan nanopartikel yang cukup kecil sehingga bisa menembus dinding paru-paru dan masuk ke aliran darah.
WHO (2014) mencatat sekitar 3,8 juta orang meninggal terkait polusi udara di dalam ruangan. Kualitas udara yang buruk berhubungan erat dengan asma, pneumonia, kanker paru, penyakit paru obstruksi kronis dan penyakit kardiovaskular.
Lindungi saluran napas dengan nasal spray
Penelitian menyatakan nasal spray (semprotan hidung) efektif melindungi saluran napas dari bahaya polusi udara hingga bakteri dan virus.
Riset di International Archives of Allergy and Immunology 2014 membuktikan bila nasal spray dengan zat aktif bubuk selulosa (hypercellulose powder) efektif mengurangi gejala alergi sebanding dengan efek yang didapatkan dari obat steroid atau obat anti-alergi (antihistamin).
“Hypercellulose powder akan menjadi gel yang membentuk lapisan pelindung di permukaan dalam hidung, untuk menangkap udara kotor, kuman dan bakteri yang masuk,” urai Estri.
Ia menambahkan, bubuk selulosa akan bekerja cepat (membentuk lapisan pelindung) dalam dua menit dan efeknya perlindungannya bertahan hingga delapan jam.
Studi lain dilakukan oleh J.C Emberlin dari National Pollen and Aerobiology Research Unit, Institute of Health, University of Worcester, di Inggris. Peneliti bermaksud mengetahui apakah ada perbedaan signifikan dalam jumlah dan jenis obat untuk penderita hay fever (rhinitis alergi; bersin pilek karena alergi) saat menggunakan bubuk selulosa atau plasebo.
Riset tahun 2004 ini mendapati jumlah obat penolong yang diminum oleh kelompok plasebo secara signifikan lebih banyak, daripada kelompok bubuk selulosa. Mereka menyimpulkan bahwa pemakaian bubuk selulosa melalui nasal spray mengurangi kebutuhan minum obat penurun gejala alergi.
Salah satu nasal spray dengan zat aktif bubuk selulosa adalah Quixx Nasal Protection. “Pakai Quixx Nasal Protection sebelum memasang masker (jika di luar ruang). Bisa digunakan 3-4 kali sehari, aman untuk anak di atas 2 tahun, termasuk ibu hamil dan menyusui. Efektif mengurangi gejala gangguan pernapasan seperti bersin, hidung berair atau tersumbat,” kata Estri.
Quixx Nasal Protection bersifat non steroid sehingga bisa dipakai kapanpun, bisa digunakan jangka panjang dan tidak menyebabkan kantuk. (jie)
__________________________________________________________________
Ilustrasi: MaximeUtopix dari Pixabay