Yulia Sofiatin, Universitas Padjadjaran
Artikel ini diterbitkan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-73 Palang Merah Indonesia pada 17 September.
Setiap tahun seluruh unit layanan kesehatan di Indonesia membutuhkan darah 5,2 juta kantong. Palang Merah Indonesia (PMI) baru bisa memenuhi sekitar 92%. Kekurangannya masih membutuhkan sumbangan darah kita.
Dampak kekurangan sumbangan darah begitu fatal. Misalnya, sekitar 9 persen kematian ibu yang baru melahirkan terjadi karena kebutuhan darah pascamelahirkan tak terpenuhi.
Memfasilitasi donor dan transfusi darah merupakan satu dari sejumlah tugas PMI yang paling dikenal oleh publik selama puluhan tahun.
Donor darah adalah proses menyumbangkan darah dari seorang donor kepada PMI untuk diteruskan kepada orang yang membutuhkannya. Proses ini harus melalui PMI karena proses mendonorkan darah harus melalui beberapa tahap untuk menjamin keamanan dan kualitas darah.
Artikel ini menjelaskan fakta-fakta dan enam tahap di balik proses donor darah yang kerap kita lakukan atau kita pernah menerima darah dari orang lain.
Tahap 1: Pendonor harus sehat
Hal paling awal yang dilakukan oleh petugas donor darah adalah memastikan bahwa pendonor orang sehat.
Sebelum diperbolehkan mendonorkan darah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon pendonor:
- usia 17-65 tahun
- berat badan di atas 45 kilogram
- tekanan darah normal
- tidak sedang sakit atau minum obat.
- Calon pendonor perempuan tidak sedang hamil atau menyusui
- Tidak mendonor lebih dari 2,5 bulan.
Semua syarat itu untuk kepentingan pendonor.
Tahap 2: Minimalkan risiko dari penyakit menular
Pada tahap ini petugas memastikan pendonor mempunyai risiko kecil untuk menderita hepatitis B, hepatitis C, atau HIV, juga sifilis.
Calon pendonor akan diminta untuk mengisi formulir dengan deretan pertanyaan untuk menyaring hal tersebut. Di dalamnya ada pertanyaan tentang perilaku seksual dan kebiasaan berisiko lainnya.
Bersih dari virus hepatitis B dan C, HIV serta sifilis sangat penting karena keempat penyakit ini ditularkan lewat pertukaran cairan tubuh, termasuk darah.
Penyakit akibat virus hepatitis ini sulit disembuhkan dan dapat mengakibatkan kanker.
Penyakit akibat HIV sudah jelas belum dapat disembuhkan. Penyakit sifilis juga, gejalanya tampak ringan tapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit yang berat.
Jadi, darah yang akan didonorkan harus datang dari orang dengan kemungkinan sangat kecil untuk mengalami infeksi-infeksi tersebut.
Tahap 3: Pemeriksaan tekanan, Hb, dan golongan
Sebelum darah diambil, petugas memeriksa tekanan darah, kadar hemoglobin (Hb) dan golongan darah calon donor.
Tekanan darah harus normal, sekitar 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah yang tinggi akan membuat perdarahan (setelah diambil darah) berlangsung lebih lama. Tekanan darah yang rendah akan makin rendah setelah pengambilan darah. Pendonor bisa pingsan jika tekanan darahnya terlalu rendah.
Kadar hemoglobin juga harus normal,tergantung alat pemeriksaan yang digunakan, Hemoglobin normal pada laki-laki 13,8-17,2 g/dL dan perempuan 12,1-15,1 g/dL. Kadar hemoglobin mewakili jumlah sel darah merah yang berada dalam tubuh. Jika kadarnya normal, dapat dianggap bahwa jumlah dan bentuk sel darah merah dalam tubuh kita cukup dan dapat disumbangkan sebagian.
Golongan darah akan selalu diperiksa sebelum mendonorkan darah, karena golongan darah ini yang akan menjadi identitas utama darah di PMI.
Tahap 4: Pengambilan dan pengumpulan
Dalam proses pengambilan darah, petugas akan meminta kita duduk di kursi yang telah disiapkan. Lalu pembuluh darah di lengan diperiksa, dicari yang cukup besar dan leluasa untuk ditusuk. Setelah ditentukan lokasi penusukan, bagian atas lengan akan diikat dengan tali khusus untuk membendung pembuluh darah agar mudah ditusuk. Bagian lengan kita yang akan ditusuk jarum dibersihkan dengan alkohol sebelum dicoblos.
Setelah pembuluh darah dalam lengan kita ditusuk, darah akan mengalir melalui selang kecil ke dalam kantung darah yang telah disiapkan. Di dalam kantung darah tersebut telah tersedia zat yang akan mencegah darah yang ditampung mengalami pembekuan.
Untuk memastikan darah tercampur dengan zat tersebut, kantong darah diletakkan di atas alat yang berjungkat-jungkit otomatis. Setelah terkumpul 350 cc, maka proses pengambilan darah dihentikan.
Petugas akan mengambil sedikit darah kita ke dalam tabung kecil untuk bahan pemeriksaan laboratorium terhadap hepatitis B dan C serta HIV, juga sifilis. Lalu jarum dari lengan kita akan dicabut. Sambil menunggu darah berhenti, petugas akan merapikan kantung darah kita dan kemudian menyimpannya dalam kotak pendingin.
Selesai mendonorkan darah, kita akan diberi tablet yang mengandung zat besi dan makanan. Pendonor pertama kali akan mendapat kartu pendonor.
Tahap 5: Pemeriksaan keamanan
Tahan pemeriksaan keamanan darah sangat penting.
Sebelum diproses lebih lanjut dan disimpan di bank darah PMI, kantong-kantong darah yang terkumpul akan diperiksa, apakah mengandung virus atau tidak.. Jika positif ada virusnya, maka darah dimusnahkan, tidak akan dipakai. Kita juga akan diberi tahu dan kita tidak akan diizinkan untuk kembali mendonorkan darah.
Meski pendonor tidak dibayar, pengolahan dan pengelolaan darah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini disubsidi oleh pemerintah dan PMI. Kekurangannya dibebankan ke pasien. Karena itu, saat seseorang membutuhkan darah, PMI akan meminta biaya pengganti pengelolaan darah pada pasien yang butuh darah. Adapun darahnya diberikan gratis.
Tahap 6: Transfusi ke pasien
Saat seorang pasien butuh transfusi darah, maka darah orang tersebut akan diambil sedikit untuk dicocokkan dengan darah yang ada di bank darah PMI. Identifikasi awal darah adalah golongan darah: A, B, AB atau O. Setelah identifikasi ini cocok, darah orang yang butuh transfusi dan darah donor akan dicocokkan lebih lanjut.
Apa yang dimaksud dengan cocok? Darah kita terdiri dari sel dan cairan. Pada dinding sel darah merah terdapat ciri khas yang cukup jelas yakni penanda A atau B. Bisa penanda AA, A0(A-nol), BB, B0, AB atau 00.
Kalau di dinding sel terdapat penanda AA, maka dalam cairan darah akan ada anti B. Anti B ini jika bertemu sel darah dengan penanda B, akan menggumpalkan sel-sel darah merah tersebut.
Begitu juga pada orang yang mempunyai sel darah merah berpenanda B, maka dalam cairan darahnya akan ada anti A.
Kalau golongan AB, dalam cairan darahnya tidak mengandung anti A maupun anti B. Kalau sel darah merahnya tidak berpenanda 0 (0=nol), maka dalam cairan darahnya terdapat anti A dan anti B.
Dengan demikian, orang dengan golongan darah A hanya boleh mendapat darah golongan A, B hanya dari B dan AB hanya dari AB.
Dulu golongan darah O dapat ditransfusikan kepada golongan darah apa saja. Meski ada anti A dan anti B, jumlah cairan darah yang masuk hanya sedikit dibandingkan jumlah darah dalam seluruh tubuh, sehingga hanya sedikit sel darah merah kita yang akan digumpalkan.
Prinsip bahwa golongan 0 boleh ditransfusikan secara bebas sudah tidak dipakai lagi, karena selain penanda A, B, 0, ada penanda-penanda lain lagi, salah satunya penanda Rhesus. Penanda Rhesus juga mirip dengan penanda AB0, jika tidak cocok akan merusak sel darah merah. Protokol saat ini, darah donor dan penerima darah harus betul-betul cocok.
Jika saat pencocokkan antara darah pasien dan darah donor terjadi penggumpalan, artinya di dalam pembuluh darah pasien juga akan terjadi penggumpalan. Darah yang menggumpal atau sel darah merah pecah di dalam pembuluh darah akan menyebabkan banyak masalah, mulai dari demam, menggigil sampai kematian.
Kalau semua cocok, barulah darah donor tersebut akan diserahkan kepada petugas medis untuk ditransfusikan pada pasien.
Saat ini, jarang sekali seseorang mendapat transfusi seluruh darah dari donor, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Orang yang kekurangan sel darah merah hanya akan mendapatkan transfusi sel darah merah saja. Orang yg kekurangan trombosit akan mendapatkan transfusi sel trombosit saja. Orang yang kekurangan faktor pembekuan darah akan mendapat ‘cairan’ darah saja.
Kadang-kadang kondisi pasien memerlukan darah yang ‘dicuci’ lebih dulu agar reaksi tubuh terhadap sel-sel darah donor tidak terjadi. Proses pemisahan komponen-komponen darah juga memerlukan alat dan bahan (berarti, biaya lagi).
Baik komponen darah maupun ‘cairan’ darah belum ada pabriknya di luar tubuh kita. Jadi, mari kita mendonorkan darah. Setetes darah Anda menyelamatkan nyawa saudara kita.
Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Departement of Societal Health, Universitas Padjadjaran
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
_____________________________________________
Ilustrasi: People vector created by freepik - www.freepik.com