eat_cleaning_sehat_#BALIKLAGIKEDAPUR_masak_bahan_alami

Sehat dengan Clean Eating, yang Berat 21 Hari Pertama

Clean eating mengubah Farah Mauludynna, fotografer, yang dulu  tambun, sakit-sakitan dan sering minum obat menjadi sehat. Ia berbagi pengalaman lewat gerakan #BALIKLAGIKEDAPUR,  didasari keprihatinannya pada kebiasaan masyarakat mengonsumsi makanan olahan/pabrikan dan junk food

“Aku pernah baca penelitian di sebuah negara, wanita kelas bawah yang memasak makanannya sendiri, gizinya lebih baik dibanding wanita dengan tingkat ekonomi di atasnya, yang masakannya dibuat orang lain,” papar Dynna. Konsultan di perusahaan makanan cepat saji terkenal di dunia juga menyatakan, rahasia makanan sehat adalah: masaklah makananmu sendiri.

Lewat gerakan #BALIKLAGIKEDAPUR, Dynna mengajak khalayak back to basic : memasak bahan makanan utuh (bukan olahan) dengan cara sederhana, seperti yang dilakukan nenek moyang kita dulu. Konsep ini kembali dipopulerkan di dunia maya, dengan istilah clean eating (makan bersih). “Bersih dari MSG, pengawet, pewarna dan segala zat kimia,” paparnya. “Bahasa gampangnya: makanan alami.”

Warga kota besar umumnya mengeluh tidak punya waktu untuk memasak, karena suami istri bekerja. Pergi pagi pulang malam. Industri makanan melihat ini sebagai peluang. Kita merasa lebih praktis pesan makanan siap saji, jajan di restoran atau memasak makanan instan.

“Sebenarnya banyak alternatif makanan sehat, yang bisa kita siapkan. Sedih melihat anak-anak makan junk food saat ulang tahun. Industri makanan punya strategi sampai seperti itu,” papar Dynna yang hijrah ke Bali dari Jakarta, untuk belajar clean eating.

Modal memasak sebenarnya sederhana: niat. Dari pada nonton acara masak di TV dan meratapi kenapa tidak bisa masak secanggih itu, “Mendingan matikan TV, memasaklah. Buat acara masak menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kalau week end ke luar kota, ajak pacar atau suami/istri belanja bareng, terus masak bareng. Itu menyenangkan.”

Tidak perlu memilih bahan organik. Yang penting, sayur buah atau bahan makanannya alami. Dengan memasak sendiri, kita bisa mengontrol apa yang masuk ke dalam tubuh. Makan kentang goreng di resto  junk food bisa sehari dua kali, karena praktis tinggal beli. Kalau bikin sendiri paling seminggu sekali, karena harus mencuci, mengupas, baru menggoreng.  

Menerapkan konsep clean eating perlu waktu dan, terutama, niat. Bisa dimulai dari hal sederhana, misalnya pantang minum teh kemasan atau mie instan selama 21 hari. Meningkat ke hal lain seperti mengganti nasi dengan sumber karbohidrat lain. Nasi putih dicampur nasi merah dengan perbandingan 60:40. Kemudian, komposisinya dibalik, lebih banyak nasi merahnya. Lama-lama hanya nasi merah, selanjutnya nasi merah diganti ubi atau kentang.

“Saya 21 hari pertama bebas mie instan. Diulang sampai 3 kali. Selama ini kita tidak tahu ada mie sehat, misalnya mie sayur. Awalnya susah, tapi setelah 2 tahun saya makan mie begini terasa lebih mewah dibanding makan di restoran,” katanya.

Perlu diciptakan lingkungan yang mendukung. Mulai dari follow Instagram tentang clean eating, makanan sehat dan orang-orang yang sealiran. Clean eating tidak hanya menyehatkan diri sendiri, tapi bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Misal pedagang sayur keliling dan petani lokal. (jie)