Walau telah mendapatkan vaksinasi lengkap bukan berarti kita bisa santai. Munculnya berbagai varian corona, termasuk varian Delta, memungkinkan mereka yang telah divaksin bisa terinfeksi.
Dulu ilmuwan bertanya-tanya berapa lama antibodi dapat bertahan di dalam tubuh pasca vaksinasi COVID-19. Penelitian terbaru - dipublikasikan di medRxiv.org – menunjukkan antibodi yang dipicu oleh vaksin COVID-19 Sinovac turun di bawah ambang batas utama setelah enam bulan pasca vaksinasi dosis kedua.
Namun perlu dicatat, riset ini belum ditinjau oleh sesama ilmuwan, sehingga hasilnya belum bisa dijadikan patokan.
Sementara itu jurnal the Lancet mencatat bila antibodi yang dipicu oleh vaksin AstraZeneca dan Pfizer mulai berkurang setelah enam minggu.
“Tingkat antibodi setelah kedua dosis vaksin AstraZeneca atau Pfizer awalnya sangat tinggi, yang menjadi bagian penting mengapa mereka sangat protektif terhadap COVID-19 yang parah,” kata Madhumita Shrotri dari UCL Institute of Health Informatics, melansir Reuters.
"Namun, kami menemukan tingkat ini turun secara substansial selama dua hingga tiga bulan," kata Shrotri.
Dari dua hasil penelitian tersebut semakin menguatkan pentingnya menjaga daya tahan tubuh tetap optimal.
Dua jenis imunitas
Sistem imun manusia pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu imunitas spesifik (adaptive immunity; disebut juga imunitas yang didapatkan) dan imunitas non-spesifik (innate immunity; atau imunitas bawaan).
Imunitas spesifik merupakan sistem imun yang utamanya diperankan oleh Limfosit B dan T dalam menghasilkan antibodi untuk melawan mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Antara lain diperoleh dengan imunisasi/vaksinasi.
Sementara, imunitas non-spesifik / bawaan adalah pertahanan fisik atau mekanik, misalkan kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, dan bersin yang merupakan garis pertahanan terdepan terhadap mikroorganisme.
Dr. Michael Reo, medical manager PT Darya-Varia Laboratoria, Tbk, menjelaskan keutuhan kulit penting untuk mencegah mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
Kondisi kulit mencerminkan kesehatan seseorang secara umum.
Vitamin dan mineral
Dr. Michael menambahkan vitamin dan mineral, seperti vitamin C, D, E dan zinc penting untuk menjaga daya tahan tubuh.
Vitamin C, selain sebagai antioksidan yang ampuh, juga penting dalam mendukung daya tahan tubuh, terutama membantu sel-sel tubuh dalam memerangi infeksi. Vitamin C berperan dalam proses regenerasi sel, sehingga sistem kekebalan tubuh kita terjaga dengan baik.
Vitamin D akan memerangi efek buruk dari patogen-patogen yang berbahaya bagi tubuh, sehingga perannya menjadi sangat penting untuk membantu sel darah putih dalam pertahanan sistem imunitas kita.
“Asupan vitamin D yang cukup dapat menurunkan risiko peradangan dan risiko infeksi saluran napas. Dosis harian yang direkomendasi untuk dikonsumsi adalah 400 IU baik tunggal maupun kombinasi dengan nutrisi lain, atau 1000 IU secara tunggal,” imbuh dr. Michael.
Tentu saja ini sangat tergantung pada kondisi kesehatan seseorang. Dosis yang lebih tinggi dapat diberikan jika mereka mengalami defisiensi yang lebih serius.
Konsumsi zinc juga berkontribusi terhadap perkembangan dan komunikasi sel-sel imun. Peran zinc antara lain untuk melindungi jaringan dalam tubuh, dan membantu mencegah patogen-patogen asing yang masuk.
Mengonsumsi zinc dalam jangka panjang umumnya aman untuk orang dewasa yang sehat, selama dosis hariannya tak melebihi dari 30 mg.
Vitamin E bekerja dalam sinergi nutrisi agar daya tahan tubuh optimal. Ia akan menjaga kelembapan kulit, sekaligus berfungsi sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas. Penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin E (alpha-tocopherol), terutama di setiap lapisan kulit, akan berkurang setiap hari karena terpapar oleh radikal bebas.
Dr. Michael menjelaskan konsumsi vitamin E secara konsisten membantu menjaga keutuhan kulit untuk mencegah masuknya virus dan bakteri ke dalam tubuh serta mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (di antaranya mengaktifkan sistem antibodi).
Dosis yang direkomendasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk konsumsi Vitamin E per-hari adalah 100 IU-400 IU dan aman untuk penggunaan jangka panjang jika dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan. (jie)