Neuropati atau gangguan saraf tepi bisa dipicu karena terlalu lama duduk di depan komputer/laptop, berkutat dengan gadget, mengendarai motor atau mobil. Bila suka kesemutan dan/atau merasa baal (kebas), bisa jadi itu gejala awal neuropati. Semua pekerjaan dengan aktivitas berulang seperti mencuci, mengepel dan berladang juga berisiko neuropati.
Neuropati dengan gejala kesemutan dan kebas, bisa muncul pada usia muda. Survei PT Merck Indonesia di 6 kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar dan Palembang) yang melibatkan 900 responden (lelaki dan perempuan usia 30-50 tahun) menunjukkan, 1 dari 2 orang di atas >30 tahun mengalami gejala neuropati. Dan, 1 dari 4 orang merasakan pertama kali di usia 26-30 tahun. Mereka yang sering menghabiskan waktu dengan mengetik di gadget, 75% merasa kebas dan 64% kesemutan.
Neuropati, menurut dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) dari FKUI/RSCM, bisa terjadi pada semua orang dari segala usia; yang membedakan faktor penyebabnya. Kelompok paling berisiko yakni usia lanjut, karena fungsi saraf yang menurun. “Pada usia muda, faktor utama adalah trauma berulang akibat gerakan yang selalu dilakukan, misalnya bekerja dengan komputer,” tuturnya. Keluhan yang tampak sepele ini, bila diabaikan akan semakin berat.
Sistem saraf terbagi menjadi sensorik sebagai perasa, motorik yang mengatur gerakan, dan otonom yang tidak bisa kita kendalikan; misalnya yang mengatur organ dalam seperti jantung dan usus.
Neuropati bisa mengenai ketiganya, atau campuran. Gejalanya beragam, tergantung jenis saraf yang terkena dan seberapa berat kerusakan yang terjadi. Yang paling ringan kesemutan, selanjutnya rasa kebas, lalu sama sekali tidak terasa, kemudian mulai terjadi kelemahan, hingga akhirnya kelumpuhan. “Bila terkena sistem saraf otonom, muncul gangguan pada saraf otonom,” tegasnya.
Pijat, meluruskan bagian tubuh yang bengkok atau mengoleskan balsam adalah cara jangka pendek untuk mengatasi keluhan. Untuk jangka panjang dapat dengan mengonsumsi vitamin neurotropik, yang berperan menjaga fungsi saraf dan bahan baku penting untuk perbaikan saraf. Vitamin neurotropik terdiri dari vitamin B1, B6 dan B12, “Perlu kombinasi, karena masing-masing memiliki kelebihan.” Paling utama vitamin B12, yang penting untuk pembentukan mielin (selubung yang melapisi dan melindungi saraf) dan nucleoprotein, serta berperan dalam perbaikan saraf.
“Vitmain B larut air, sehingga bila konsumsinya berlebihan akan dibuang melalui urin,” tutur dr. Luthy. (nid)