Makanan kebarat-baratan yang tinggi kalori dan garam telah banyak dihubungkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskuler. Satu lagi penelitian melengkapi daftar penyakit yang ditimbulkannya, yakni batu ginjal.
Riset yang dikeluarkan oleh Mayo Clinic di Amerika belum lama ini menyatakan ada lonjakan kasus batu ginjal di Amerika Serikat dalam 3 dekade. Terjadi peningkatan 300% pada wanita, dan 100% pada pria dari tahun 1984 sampai 2012.
Sebagian disebabkan oleh kemajuan teknologi medis dalam mendeteksi batu ginjal. Namun para ahli juga melihat adanya hubungan dengan faktor diet sehari-hari, ini juga berbanding lurus dengan naiknya kasus kanker kolon, penyakit jantung, diabetes dan obesitas.
Studi terebut meneliti kenaikan prevalensi batu ginjal pada penduduk Olmted County, Minnesota, dari tahun 1984 – 2012, yang secara khusus dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur.
Kemudian hasilnya dipecah ke dalam 3 kategori . Pertama, terkonfirmasi menimbulkan gejala, yang artinya pasien menunjukkan gejala dan batu ginjal terdeteksi lewat pemeriksaan. Kedua, dicurigai gejala, saat pasien menunjukkan gejala namun tidak ditemukan batu ginjal. Ketiga, tanpa gejala. Batu ginjal ditemukan secara tidak sengaja lewat pencitraan (untuk penyakit lain), dan pasien tidak menunjukkan gejala.
Dari 7.253 subyek penelitian, 3.224 terkonfirmasi menunjukkan gejala (kategori 1), 606 masuk kategori 2 dan 617 tergolong kategori 3. Peneliti juga mendapati bahwa batu ginjal lebih kerap ditemukan pada wanita berusia 18 – 39 tahun, dibanding pria.
Jumlah kasus pada wanita per 100.000 orang, selama 5 tahun, meningkat dari 51 menjadi 217. Sementara pria kenaikannya dari 145 ke 299 per 100.000 penduduk.
Baca juga : Kurang Minum Picu Batu Ginjal
Periset melihat apakah kenaikan tersebut mengindikasikan tren baru atau karena kemajuan teknologi CT scan. Pemakaian CT scan untuk mendeteksi batu ginjal meningkat 75% dalam periode 28 tahun. Dr. Andrew Rule, pemimpin penelitian mengatakan, sulit untuk menghitung berapa banyak peningkatan yang ditemukan dalam riset tersebut yang berhubungan dengan teknologi.
“Kita sekarang mendiagnosa gejala batu ginjal yang sebelumnya tidak terdiagnosa karena tak terdeteksi,” tambahnya. Pada studi sebelumnya, kejadian batu ginjal kurang akurat karena bergantung pada kode diagnosa atau kuisioner untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya batu ginjal.
Melalui faktor lain, selain kemajuan teknologi medis, dr. Rule menjelaskan, “Peningkatan obesitas dan asupan garam berkontribusi dengan kenaikan kejadian batu ginjal.” Selain itu berbagai jenis diet juga ikut mempengaruhi terbentuknya batu ginjal, seperti diet tinggi protein, sodium dan gula. (jie)