Inflamasi atau peradangan merupakan respon alamiah tubuh saat mengalami cedera atau akibat penyakit tertentu. Tetapi tahukah Anda jika kurang tidur juga memicu reaksi peradangan berlebih di tubuh, membuat tubuh seperti dalam keadaan sakit.
Sebagai gambaran ketika kita sedang sakit atau jari tangan teriris, sistem imun mengaktifkan sel darah putih, yang akan melepaskan sitokin-sitokin dan molekul peradangan lainnya untuk menyerang penyebab infeksi dan melindungi jaringan tubuh.
Bila respon ini bersifat sementara, ia berperan sebagai mekanisme pertahanan tubuh yang efektif. Ini merupakan fungsi dan mekanisme inflamasi yang seharusnya. Tetapi jika reaksi peradangan tidak segera berakhir – ibarat kebakaran yang semakin meluas – ia bisa berkontribusi pada pembentukan penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker dan penyakit Alzheimer.
Kurang tidur telah dihubungkan dengan kenaikan jumlah penanda (marker) inflamasi, seperti bertambahnya molekul peradangan – termasuk sitokin, interleukin-6 (IL-6), atau C-reactive protein (penanda peradangan yang meningkatkan bila seseorang terkena penyakit jantung dan diabetes), dibandingkan mereka yang tidurnya cukup.
Riset Joseph M. Dzierzewski, et al, pada 533 orang yang mengikuti Survey of Midlife in the United States (MIDUS), menyatakan ada hubungan kuat antara kurang tidur dan waktu tidur yang tidak konsisten dengan penanda inflamasi yang diamati.
“Tidur yang tidak konsisten (meliputi jumlah terbangun, lamanya tertidur, jam berapa tidur dan terbangun) mungkin merupakan fitur yang terkait dengan disfungsi inflamasi, terutama pada wanita,” demikian kesimpulan penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Neurology Sleep Disorder.
Walau naiknya penanda peradangan ini juga bisa disebabkan oleh hal lain (misalnya stres, merokok dan obesitas), mereka menunjukkan bahwa kurang tidur berperan dalam proses peradangan. Ini juga yang menjelaskan mengapa orang yang kurang tidur lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular (jantung atau stroke), hipertensi dan diabetes, di antara penyakit kronis lainnya.
Bagaimana mekanismenya?
Satu teori menitikberatkan pada pembuluh darah. Saat tidur, tekanan darah akan turun dan pembuluh darah mengendur. Tetapi ketika Anda kurang tidur, tekanan darah tidak turun sebagaimana seharusnya.
Itu akan memicu sel-sel di dinding pembuluh darah untuk mengaktifkan molekul peradangan. Kurang tidur juga dapat mengubah sistem respons stres tubuh.
Selain itu, kurang tidur mengganggu fungsi normal sistem pembersihan di otak, yang disebut sistem glymphatic. Pada fase tidur terdalam, cairan serebrospinal mengalir melalui otak, menyapu protein beta-amiloid yang terkait dengan kerusakan sel otak.
Tanpa tidur malam yang nyenyak, proses pembersihan otak ini kurang menyeluruh, memungkinkan protein menumpuk dan inflamasi berkembang. Kemudian, lingkaran setan terjadi. Penumpukan beta-amiloid di lobus frontal otak mulai mengganggu tidur gelombang lambat non-REM yang lebih dalam.
Kerusakan ini membuat Anda lebih sulit untuk tidur dan untuk mempertahankan serta menyimpan memori di dalam otak.
Kurang tidur, walau hanya satu malam, bisa membuat kadar beta-amiloid lebih tinggi dari biasanya. Masalah akan benar-benar muncul bila kurang tidur kerap terjadi, menyebabkan penurunan integritas struktural, ukuran dan fungsi daerah otak (seperti talamus dan hipokampus). (jie)