Sukses mengatasi wabah di Nanjing, pemerintah China dikejutkan merebaknya kasus COVID-19 yang diduga berasal dari sebuah SD di Kota Putian, Provinsi Fujian. Kasus di Nanjing menjadi catatan tersendiri, karena merupakan kasus terbesar di China, setelah kasus COVID-19 pertama kali merebak di Wuhan (2019). Strategi 4 dini menjadi andalan.
Dikabarkan, dalam 4 hari tercatat ada 100 kasus di kota Putian, yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa. Otoritas Fujian memerintahkan seluruh guru dan murid dites, dan sekolah ditutup. Penularan diduga berasal dari ayah seorang siswa, yang minggu lalu diketahui positif. Menurut media di China, ayah dari murid SD itu diketahui positif 10 September 2021, atau 38 hari setelah kembali dari Singapura. Yang bersangkutan sudah menjalani karantina 21 hari, dan melakukan sejumlah tes serologi maupun asam nukleat; semuanya negatif.
Media pemerintah Global Times menyebutkan, belum diketahui pasti apakah ayah siswa tersebut terinfeksi saat di Singapura. Masalahnya, ia sudah hampir 40 hari kembali ke China. Dan saat dites hasilnya negatif. Tak mau ambil risiko, pemerintah Fujian menutup sekolah, dan siapa saja yang meninggalkan wilayah Putian, harus memiliki hasil tes negatif dalam 48 jam terakhir. Area publik seperti bioskop, museum, dan perpustakaan membatasi jam kunjungan, restoran membatasi jam operasional.
Dua kota yang berdekatan, Xiamen dan Quanzhou, dikabarkan ikut terpapar. Di Xiamen, Senin 13 September 2021 dilaporkan ada 32 kasus, sebagian besar diduga berasal dari Putian. Menurut Global Times, studi awal menyebutkan, adalah varian Delta yang menjadi penyebab merebaknya kasus. Banyak yang cemas, mengingat situasi ini terjadi menjelang Hari Libur Nasional 1 Oktober, hari Pekan Emas, di mana warga di China dapat menikmati liburan.
Strategi 4 Dini
Negeri Panda ini dapat mengendalikan wabah terbaru yang menyebar luas, hanya dalam 35 hari, dengan strategi 4 dini. Sejak terkonfirmasi ada kasus pada 20 Juli 2021 di sebuah bandara di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, gelombang epidemi sempat melanda ke lebih dari 10 provinsi. Hal Ini dianggap sebagai yang terluas penyebarannya, sejak wabah Wuhan tahun 2019. Jumlah kasus harian di atas 100, merupakan yang pertama dalam 7 bulan terakhir.
Setelah 35 hari, Beijing, Jiangsu dan Sichuan secara bertahap mencabut pembatasan. Situasi dan produksi kembali normal. Nanjing melaporkan nol kasus komunitas selama 10 hari berturut-turut. Seluruh provinsi di China juga mencatat nol kasus. Mulai Minggu 22 Agustus 2021, Provinsi Sichuan membuka kembali perjalanan lintas wilayah, dan semua rute lalu lintas utama di Wuhan, Provinsi Hubei.
Senin 23 Agustus 2021, mereka yang meninggalkan Nanjing tidak perlu menunjukkan hasil tes negatif. Sedangkan yang berniat ke Nanjing dari daerah berisiko rendah, cukup menunjukkan aplikasi (mirip aplikasi PeduliLindungi). Ketika suhu badan normal dan HP yang ditempelkan ke barcode berwarna hijau, mereka dipersilakan masuk.
Belum diketahui, bagaimana situasi terkini di Kota Pujian. Tampaknya kasus akan dapat dikendalikan, seperti di wilayah lain negeri itu. Wang Guangfa dari Rumahsakit Pertama Universitas Peking, mengatakan China bisa cepat mengatasi wabah epidemi, dengan menerapkan strategi epidemi tanpa toleransi. Sedangkan, yang menyerang adalah varian Delta, yang sangat menular dan area yang lebih luas terkena dampaknya.
"Strategi ini terbukti efektif dalam menanggulangi epidemic. China menekankan Strategi 4 Dini: deteksi dini, pelaporan dini, karantina dini dan pengobatan dini kasus COVID-19," katanya kepada Global Times. (sur)
____________________________________________
Ilustrasi: People photo created by lifeforstock - www.freepik.com