Sate, steak, dan daging goreng memang lezat. Sayangnya, makanan-makanan tersebut tidak baik untuk jantung. Studi oleh peneliti di University of South Australia (UniSA) berkolaborasi dengan Gyeongsang National University menjelaskan efek negatif dari daging olahan dan daging bakar untuk kesehatan jantung. Hasil penelitian ini makin menegaskan penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa daging bakar bukanlah sahabat bagi jantung.
Bukan rahasia lagi, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) adalah penyebab kematian nomor wahid di dunia. Di Australia misalnya, penyakit ini menyumbang 1 dari 5 kematian. Di Indonesia, angka kejadian penyakit kardiovaskular pun terus saja naik. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan 15 dari 1.000 orang atau >2,7 juta orang menderita penyakit ini.
Penyakit kardiovaskular termasuk penyakit degeneratif, yakni berhubungan dengan penambahan usia. Pola makan yang kurang baik akan mempercepat proses penuaan (aging). Bisa terbentuk aterosklerosis, di mana dinding pembuluh darah ‘berkerak’ akibat peradangan dan penumpukan kolesterol.
Daging bakar untuk kesehatan jantung: musuh dalam selimut?
Daging merah adalah sumber protein dan zat besi. Namun berbagai studi menemukan bahwa banyak/sering makan daging merah meningkatkan kadar AGE dalam darah. AGE (advanced glycation end products) adalah senyawa berbahaya yang terbentuk ketika protein/lemak bergabung dengan gula di aliran darah.
AGE juga terbentuk saat daging dimasak dengan suhu tinggi. Misalnya dibakar, dipanggang, atau digoreng. “Bila kita mengonsumsinya, AGE bisa berakumulasi di dalam tubuh dan mengganggu fungsi sel-sel normal,” ungkap salah satu peneliti dari UniSA Dr. Permal Deo. Ditengarai, AGE paling banyak berasal dari makanan.
Menurut Dr. Permal, makanan tinggi AGE bisa meningkatkan asupan AGE harian total hingga 25%. “Kadar AGE yang lebih tinggi berkontribusi terhadap kekakuan, peradangan, dan stres oksidatif pada pembuluh darah dan miokard (sel-sel otot pada jantung). Semua ini adalah tanda dari penyakit degeneratif,” imbuhnya.
Studi kolaborasi UniSa dengan Gyeongsang National University menguji dampak dari 2 pola makan. Yang satu tinggi daging merah dan biji-bijian olahan, sedangkan satu lagi tinggi akan biji-bijian utuh, kacang-kacangan, biji-bijian, serta daging putih yang dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau dimasak dengan kuah. Ditemukan bahwa pola makan yang tinggi daging merah secara signifikan meningkatkan kadar AGE dalam darah, yang berarti bisa berkontribusi terhadap progresi penyakit.
Berdasarkan hasil tersebut bisa disimpulkan, kita perlu mengurangi konsumsi daging merah bila ingin mengurangi risiko penyakit jantung. Minimal, kita memasak daging dengan cara yang lebih aman. Sate atau iga bakar mungkin makanan favorit kita. Namun mengingat efek buruk yang bisa ditimbulkan daging bakar untuk kesehatan jantung, ada baiknya kita lebih bijak. Daging yang diolah dengan slow cooking adalah pilihan yang lebih baik untuk kesehatan jangka panjang. Semur, sop, dan garang asem tak kalah enak lho. (nid)
____________________________________________