“Pornografi dapat merusak otak orang waras”. Ungkapan itu benar adanya, bukan sekedar kiasan, namun benar-benar merubah ‘bentuk’ otak. Kecanduan pornografi menciutkan otak.
Jon Martello, Jr., pemuda keturunan Italia-Amerika adalah Don Juan versi modern. Ia hanya perduli dengan bentuk tubuhnya, mobil, keluarga, teman-teman dan wanita. Meskipun ia memiliki kehidupan seksual yang aktif dengan wanita yang ditemuinya di klub malam, ia gemar menonton video porno di internet dan menjadikannya sebagai pelampiasan seksual.
Jon baru bisa tidur nyenyak setelah menonton konten pornografi. Dimulai dari melihat gambar-gambar porno, sampai video porno. Ini dilakukan tiap malam. Ini adalah sekelumit cerita film Don Jon yang dibintangi oleh aktor Joseph Gordon-Levitt (yang juga sebagai penulis skenario dan sutradara). Film ini mampu memberikan gambaran tentang tentang kecanduan pornografi.
Pornografi ibarat api dalam sekam, suatu hal buruk yang tidak tampak dari luar. Namun, nyata merusak otak. Riset yang dilakukan di Universitas Cambridge, Inggris mendapati bahwa aktivitas otak pecandu seks (pornografi) mirip dengan aktivitas otak pecandu narkoba.
Peneliti meminta 19 orang yang didiagnosa kecanduan seks dan relawan sehat untuk menonton video berisi adegan seksual dan aktivitas olahraga sementara otak mereka dimonitor dengan MRI (magnetic resonance imaging). MRI mengukur tingkat oksigen darah untuk melihat kegiatan di beberapa bagian otak mereka.
Peneliti mendapati ada 3 bagian yang lebih aktif dalam otak orang berperilaku seksual kompulsif dibandingkan para relawan yang sehat. Bagian yang aktif itu termasuk dorsal anterior cingulate, yang terlibat dalam mengantisipasi pemuasan kebutuhan dan kecanduan obat-obatan. Temuan studi itu diterbitkan dalam jurnal PLoS One.
Sementara riset lain menyatakan jika pada pecandu narkoba ada tiga bagian otak yang ‘rusak’ (berubah struktu dan fungsinya), pada pecandu pornografi ditambah dua bagian lain (rusak lima bagian).
Dr. Mark Kastelmen penulis buku “The Drugs of The Millenium” memberi nama pornografi sebagai visual crack cocain atau narkoba lewat mata. Bagian otak yang paling dirusak adalah pre frontal cortex (PFC) yang membuat seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.
Tahun 2005, riset dr. Eric Nestler menjelaskan bahwa pada semua bentuk kecanduan terjadi disfungsi jalur mesolimbik di bagian tengah otak. Ini adalah jalur hormon dompamin, disebut juga jalur kenikmatan/penghargaan (pleasure/reward).
Jalur tersebut berperan terhadap perilaku emosional. Hiperaktivitas dari jalur mesolimbik berperan pada timbulnya gejala positif psikosis.
Adiksi terjadi ketika jalur mesolimbik “dibajak” oleh faktor dari luar seperti kokain atau opioid. Atau, oleh proses natural seperti makan dan seks. Disfungsi jalur mesolimbik ini terlihat pada pecandu narkoba, penderita obesitas dan pecandu seks.
Yang terbaru adalah studi yang dimuat di jurnal psikiatri JAMA tahun 2014, bahwa pornografi dapat menciutkan otak manusia. Prof. Kim Gorgens, dari University of Denver, menjelaskan akibat dari penyusutan otak adalah, “Hilangnya ingatan jangka pendek, hilangnya daya penciuman, dan perubahan kepribadian—misalnya jadi meledak-ledak—dan mungkin kehilangan ingatan gerak.”
Kecanduan pornografi terbukti buruk, bahkan dapat berakhir di penjara. Banyak kasus kekerasan seksual dan perkosaan diawali dari mengakses pornografi. (jie)