Lebih 65% peningkatan rabun jauh (miopia) terjadi di Amerika sejak tahun 1970. Menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan, ternyata dapat mencegah atau meminimalkan rabun jauh pada anak.
Sebuah penelitian di Taiwan (2009-2010) dilakukan pada 333 murid sekolah dasar (SD). Mereka mengikuti programuntuk menghabiskan lebih banyak aktivitas di luar ruang (outdoor). Sekolahan lain yang berdekatan dengan sekolah tersebut dijadikan sebagai kelompok kontrol (pembanding).
Anak-anak di sekolah pertama, menghabiskan total 80 menit/hari di luar ruangan. Murid di kedua sekolah mendapat pemeriksaan mata saat studi dimulai dan diulang setahun kemudian. Hasilnya, murid yang mengalami rabun jauh di sekolah pertama, lebih sedikit ketimbang di sekolah kedua (kelompok kontrol).
Peneltian lain di Denmark (2005) melibatkan 235 anak usia sekolah. Mereka dibagi dalam 7 kelompok. Tiap kelompok mewakili interval musim yang berbeda, karena durasi cahaya matahari di siang hari berbeda pada tiap musim; akses terhadap cahaya matahari berbeda di tiap kelompok.
Panjang mata aksial (jarak mata bagian depan ke belakang) dan penglihatan diuji pada tiap anak saat penelitian dimulai dan di akhir interval musim. Perpanjangan aksial menunjukkan perburukan miopia.
Pada anak yang mendapat akses terhadap cahaya paling sedikit, rerata pertumbuhan mata 0,19 mm. Pada anak dengan akses cahaya terbanyak, rerata pertumbuhan hanya 0,12 mm.
Rabun jauh adalah salah satu masalah penglihatan yang umum terjadi. Penderita dapat melihat obyek dari dekat dengan jelas, sedangkan obyek yang berjarak lebih jauh terlihat buram.
Mata minus yang merupakan sebutan lain dari rabun jauh adalah kesalahan refraksi mata yang semikin meningkat prevalensinya. Penelitian menunjukkan prevalensi rabun jauh meningkat hingga 25% pada populasi berusia 12-54 tahun pada tahun 1970-an, kini naik hingga 65%.
Meski rabun jauh pada anak bisa diperbaiki, rabun meningkatkan risiko kebutaan saat dewasa. Biarkan anak main di luar, ketimbang main game atau tablet. (nid/jie)