Elliott M. Reichardt, University of Calgary dan Juliet R. Guichon, University of Calgary
Artikel ini untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia setiap 31 Mei.
Semakin banyak anak muda yang menggunakan rokok elektronik yang juga dikenal sebagai alat vaping. Ini ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Survei menunjukkan bahwa, untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, jumlah perokok muda di Kanada meningkat. Rokok elektronik yang diduga menjadi penyebabnya. Data terbaru dari Centers for Disease Control Amerika Serikat juga menemukan bahwa terdapat 1,5 juta lebih banyak remaja yang menggunakan rokok elektronik pada 2018 dibandingkan 2017.
Di Indonesia, satu riset menunjukkan prevalensi remaja menggunakan rokok elektronik mencapai 11,9% (1 dari 8 remaja). Menurut Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), ada 1,2 juta pengguna rokok elektronik. Organisasi importir dan penjual vaping ini berharap ada tambahan sejuta pengguna baru tahun ini.
Jika tidak diatur secara ketat, ada kemungkinan generasi selanjutnya akan ketergantungan nikotin dan menjadi perokok terberat dalam sejarah baru-baru ini. Ini menghancurkan upaya yang telah puluhan tahun dilakukan untuk melindungi mereka.
Sebagai peneliti dalam pengendalian tembakau dan bioetika anak, kami berupaya melindungi anak-anak dan remaja dari ketergantungan nikotin seumur hidup, inisiasi penggunaan rokok, dan kerusakan paru-paru yang terkait dengan penggunaan rokok elektronik.
Perlindungan paling efektif untuk anak-anak yaitu dengan kebijakan berbasis bukti yang membahas alasan mereka mulai vaping. Iklan rokok elekronik telah terbukti mempromosikan citra merek yang positif untuk perangkat vaping serta mendorong anak muda untuk mencobanya, sementara pemasaran media sosial telah dikaitkan dengan peningkatan tajam dalam penjualan rokok. Oleh karena itu, pemerintah seluruh dunia harus segera melarang semua iklan rokok elektronik.
Pemerintah juga harus mewajibkan pengemasan polos (tanpa merek) untuk alat vaping, melarang penggunaannya di mana pun penggunaan rokok tembakau dilarang serta secara ketat membatasi aksesibilitas penjualannya kepada kaum muda.
E-rokok adalah alat inisiasi merokok
Di komunitas kesehatan masyarakat (termasuk kami), banyak yang berharap bahwa rokok elektronik akan menjadi cara yang efektif bagi seseorang untuk berhenti merokok. Produk yang dioperasikan dengan baterai ini menghasilkan nikotin dengan 7.000 bahan kimia beracun yang lebih sedikit dibandingkan yang terkandung pada rokok biasa.
Namun, rokok elektronik masih mengandung zat berbahaya, yaitu logam berat seperti timbal, senyawa organik yang mudah menguap dan agen penyebab kanker. Selain itu, hingga kini bukti bahwa vaping menjadi metode efektif untuk berhenti merokok masih terbatas dan, dalam banyak kasus, ambigu.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang (80%) yang berupaya berhenti merokok menggunakan rokok elektronik gagal. Sedangkan dari 20% yang berhasil berhenti merokok, sebagian besar (80%) tetap menjadi pengguna aktif rokok elektronik.
Bukti juga menunjukkan bahwa alih-alih menjadi alat untuk berhenti merokok bagi orang dewasa, rokok elektronik justru bertindak sebagai alat bagi remaja untuk mulai merokok.
Tinjauan sistematis National Academy of Sciences yang diterbitkan pada awal 2018 menemukan bukti substansial bahwa penggunaan rokok elektronik meningkatkan risiko remaja dan dewasa muda untuk mulai merokok. Tinjauan tersebut juga menemukan bukti moderat bahwa vaping “meningkatkan frekuensi dan intensitas” untuk menghisap rokok tembakau selanjutnya.
Temuan ini telah dikonfirmasi dalam satu penelitian dan penelitian lainnya yang diterbitkan setelah ulasan 2018 ini. Peningkatan risiko merokok sangat kuat (dengan peningkatan risiko 8,5 kali lipat) ditemukan pada mereka yang jika tidak menggunakan rokok elektronik berisiko rendah untuk mulai merokok.
Pemasaran dan “sains” berkonspirasi
Ancaman yang mendesak ini tidak ditanggapi secara signifikan. Kami tidak mendengar adanya keresahan atas ancaman vaping. Ini mungkin karena strategi pemasaran media sosial yang dipelopori oleh produsen rokok elektronik telah menciptakan lanskap media sosial dimana pesan pro-vaping yang disebarluaskan oleh industri vaping dan pendukungnya menjadi dominan.“
Menggunakan sekumpulan misinformasi, perusahaan vaping telah merevolusi pemasaran rokok elektronik dan secara signifikan meningkatkan perilaku vaping di anak muda.
Terlebih lagi, proses penelitian ilmiah terkait rokok elekronik dapat disuap. Studi yang diterbitkan oleh industri rokok elektronik dan tembakau kira-kira 90 kali lebih mungkin menemukan bahwa rokok elektronik tidak menimbulkan bahaya dibandingkan studi yang diterbitkan tanpa adanya konflik kepentingan.
Masyarakat membutuhkan informasi yang jelas dan berbasis bukti untuk mengatasi krisis kesehatan masyarakat yang muncul ini.
Didukung selebriti, rasa permen jeli beruang
Mengkomunikasikan risiko rokok elektronik kepada kaum muda harus ditujukan kepada orang muda. Baik remaja maupun orang dewasa tertarik pada rokok elektronik karena dianggap sebagai alat bantu berhenti merokok, sehingga menjadi cara yang mudah untuk menghindari aturan pembatasan rokok tembakau dan menjadi alternatif yang lebih aman daripada merokok.
Daya tarik tersebut secara aktif dikembangkan oleh industri rokok elektronik melalui kampanye pemasaran yang agresif yang menekankan pada "gaya hidup” dan desain produk.
Pemasaran ini juga terjadi berkat pelibatan yang sukses di Twitter, Instagram dan YouTube, dengan dukungan selebriti online dan dengan membuat penjelasan mengenai berbagai “trik” meniup asap vape.
Kembali kami menegaskan bahwa perlindungan paling efektif untuk anak-anak adalah kebijakan berbasis bukti yang membahas alasan remaja memulai menggunakan rokok elektronik. Untuk melindungi anak-anak, pemerintah di seluruh dunia harus segera melarang semua iklan rokok elektronik.
Perangkat vaping juga harus dijual dalam kemasan polos tanpa merek produk, harus dilarang penggunaannya di manapun penggunaan rokok tembakau dilarang, dan harus ditempatkan di belakang meja apotek.
Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris. Konteks vaping di Indonesia telah ditambahkan.
Elliott M. Reichardt, Research Associate, University of Calgary dan Juliet R. Guichon, Assistant Professor, Cumming School of Medicine, University of Calgary
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
_____________________________________________
Ilustrasi: People photo created by freepic.diller - www.freepik.com